Gangguan Saraf Otak, dari Stroke sampai Bells Palsy: Apa Itu?

2 days ago 13
Ilustrasi, saraf otak (Getty Image)Ilustrasi, saraf otak (Getty Image)

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Gangguan saraf otak, beragam jenisnya. Penyakit ini merusak bagian sistem saraf pada manusia. Kondisi itu bisa berdampak terhadap penurunan kemampuan fungsi otak dan koordinasi tubuh.

Penyakit saraf ini terdiri dari berbagai macam jenis yang perlu diwaspadai. Mulai stroke sampai Bell’s Palsy, bagaimana rincinya?

Stroke

Masyarakat Indoensia seakan sudah akrab dengan penyakit ini. Stroke adalah penyakit yang mengancam jiwa, sebab kalau terjadi serangan stroke, setiap menit sebanyak 1,9 juta sel otak bisa mati.

Melansir dari laman resmi Kemenkes, stroke penyebab utama disabilitas dan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung. Di Indonesia, stroke menjadi penyebab utama kecacatan dan kematian, sebesar 11,2% dari total kecacatan dan 18,5% dari total kematian.

Dari 276,4 juta penduduk di 38 provinsi di Indonesia, 2,9 juta jiwa mengalami stroke per tahun. Angka kejadian stroke mencapai 10,9 per 1.000 penduduk atau sekitar 2,91 juta penduduk per tahun. Cedera otak dan saraf mencapai 7,5%.

Menurut data Survei Kesehatan Indonesia 2023, prevalensi stroke di Indonesia mencapai 8,3 per 1.000 penduduk. Stroke juga salah satu penyakit katastropik dengan pembiayaan tertinggi ketiga setelah penyakit jantung dan kanker, yang mencapai Rp 5,2 triliun di tahun 2023.

Stroke terjadi karena gangguan aliran darah ke otak yang menyebabkan kerusakan jaringan otak. Hal ini bisa terjadi akibat penyumbatan atau stroke iskemik. Bisa juga terjadi karena pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik), mengganggu fungsi otak.

Penyebab utama stroke, antara lain, diabetes, hipertensi, kolesterol tinggi, obesitas. Faktor risiko lainnya usia, riwayat keluarga, dan gaya hidup tidak sehat.

Gejala stroke meliputi kesulitan bicara, kelemahan satu sisi tubuh, wajah terkulai, dan atau kebingungan mendalam. Penanganan medis segera diperlukan memperbaiki pemulihan otak.

Bell’s Palsy

Bell's palsy menjadi salah satu insiden tahunan: berkisar 15 sampai 20 per 100.000 dengan 40.000 kasus baru setiap tahun. Tingkat kesembuhan 8% sampai 12%, bahkan tanpa pengobatan 70% pasien dapat sembuh total (Warner et al., 2022). Kasus Bell's Palsy banyak terjadi di Indonesia.

Bell's palsy kondisi yang menyebabkan kelumpuhan sementara pada otot wajah karena peradangan pada saraf wajah atau saraf kranial VII. Hal ini mengakibatkan kesulitan menggerakkan otot wajah di satu sisi, sehingga terlihat terkulai.

Meski penyebab pasti belum diketahui, Bell's palsy sering dikaitkan infeksi virus, terutama virus herpes simpleks. Kadang kala lantaran stres, infeksi saluran pernapasan, dan faktor keturunan berpotensi meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini.

Gejala Bell's palsy, antara lain, kesulitan menutup mata di satu sisi wajah, nyeri di sekitar telinga, kesulitan tersenyum atau sulit membuka rahang. Kebanyakan kasus sembuh dalam waktu beberapa minggu.

Hampir setiap jenis gangguan saraf perlu diatasi segera agar tidak menimbulkan kecacatan lebih parah dalam jangka panjang.

Penyakit Huntington

Epidemiologi penyakit Huntington’s secara umum bisa mencapai 5–10 kasus per 100.000 orang. Penyakit ini memengaruhi sekitar 4–15 dari 100.000 orang keturunan Eropa. Secara global, tingkat kejadian tertinggi pada orang keturunan Eropa Barat, rata-rata sekitar 7 per 100.000 orang.

Lebih rendah di negara-negara lain di dunia, yaitu 1 per 1.000.000 orang keturunan Asia dan Afrika. Namun, belum ada data epidemiologi nasional ihwal penyakit Huntington’s di Indonesia.

Huntington adalah kondisi sel saraf di otak mengalami kerusakan. Sehingga menyebabkan berhenti bekerja akibat gerak tubuh yang tidak terkontrol.

Gangguan ini bisa terjadi karena faktor genetik seperti turunan dari orang tua. Jika penyakit ini diabaikan, bisa memperparah kondisi saraf seiring waktu dan mempengaruhi pergerakan tubuh.

Dalam beberapa kasus, penyakit ini juga bisa merusak kesehatan mental seperti depresi, antisosial, dan lainnya. Sejumlah metode penanganan antara lain, terapi fisik, psikoterapi, obat-obatan, okupasi.

Alzheimer

Alzheimer gangguan sistem saraf yang membuat penderitanya kesulitan dalam berpikir, berkurangnya daya ingat, dan perubahan suasana hati.

Jenis gangguan ini salah satu penyakit neurodegeneratif yang terjadi seiring dengan pertambahan usia.

Pengobatan Alzheimer saat ini masih belum ditemukan agar penderitanya sembuh total. Namun, tindakan medis tetap diperlukan untuk menghambat perkembangan penyakit serta meringankan gejalanya.

Metode pengobatannya, antara lain, mengonsumsi obat-obatan untuk menghambat kolinesterase. Obat ini dapat membantu meningkatkan kemampuan komunikasi antara sel neuron sehingga bisa memulihkan fungsi kognitif dalam tubuh.

Cerebral Palsy

Cerebral palsy gangguan saraf otak yang banyak terjadi pada usia anak-anak sehingga mempengaruhi kemampuan motoriknya. Kondisi ini membuat penderitanya memiliki kecacatan intelektual seperti masalah pada pengucapan, penglihatan dan atau pendengaran.

Penyebab penyakit ini bisa terjadi karena masalah perkembangan otak anak selama dalam kandungan. Ini yang diduga membuat jenis gangguan saraf terkait belum dapat disembuhkan secara total.

Penderita yang mengalami penyakit ini dapat bertahan dalam jangka waktu lama dan seumur hidup. Pengidap cerebral palsy tetap harus menjalani terapi untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Misalnya, terapi wicara, rekreasi dan fisioterapi.

Epilepsi

Epilepsi penyakit saraf yang terjadi karena aktivitas listrik berlebih dalam otak. Kondisi ini menyebabkan penderitanya mengalami kejang-kejang secara berulang tanpa pemicu yang jelas.

Penyebabnya masih belum diketahui pasti, karena gejala kejang yang ditimbulnya bisa datang tiba-tiba. Namun, ada dugaan epilepsi bisa dipicu karena faktor genetik, overdosis alkohol, dan cedera kepala.

Tingkat keparahan penderita epilepsi juga berbeda pada setiap orang. Beberapa orang bisa kehilangan kesadaran selama beberapa detik disertai tubuh bergetar dan tidak terkendali.

Penyakit Parkinson

Gangguan saraf otak lainnya, parkinson, yakni degenerasi saraf di tubuh manusia. Penyakit ini bisa mempengaruhi kemampuan mengendalikan gerakan dan keseimbangan tubuh.

Penderita parkinson mengalami gejala seperti tremor saat digerakkan. Selain itu, kondisi penyakit ini juga bisa membuat bagian otot terasa kaku, pergerakan tubuh melambat, hingga gangguan koordinasi tubuh.

Pengobatan penyakit ini dapat dilakukan untuk mengurangi hambatan aktivitas harian. Beberapa metode penanganan, antara lain, terapi, operasi, dan obat-obatan.

Motor Neuron Disease (MND)

MND kondisi kerusakan pada bagian sistem saraf secara progresif. Kondisi ini bisa menyebabkan pengidapnya mengalami kelemahan otot serta pengecilan otot.

Penyakit MND dapat terjadi ketika sel saraf khusus di neuron motorik pada otak dan sumsum tulang belakang, berhenti bekerja dan mati sebelum waktunya. Banyak orang mengenal penyakit ini sebagai degenerasi saraf.

Pengobatan ini belum ditemukan untuk penyembuhan total. Selama ini alternatif penanganannya berupa fisioterapi, terapi okupasi, atau minum obat terkait.

Multiple Sclerosis (MS)

MS kondisi yang mempengaruhi otak atau sumsum tulang belakang. Menyebabkan timbulnya gejala seperti masalah pergerakan sendi, penglihatan, dan keseimbangan tubuh.

Penyakit ini sering didiagnosis di rentang usia 20 sampai 30 tahun, dan lebih sering terjadi pada wanita dibandin pria. Kondisi ini bisa terjadi hingga seumur hidup bahkan menyebabkan kecacatan yang serius.

Dalam beberapa kasus, gejalanya dapat diobati. Pilihannya, perawatan melalui kortikosteroid dan atau plasmapheresis.

Mila/ berbagai sumber

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |