REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Inovasi pembayaran non-tunai melalui Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) sekarang hadir di kalangan kusir andong Malioboro, Yogyakarta. Program ini merupakan upaya bersama Bank Indonesia (BI), Bank Pembangunan Daerah (BPD) DIY, dan Pemerintah Kota Yogyakarta untuk mewujudkan Jogja sebagai Smart City dan kota digital.
Sekretaris Koperasi Kusir Andong Wisata Yogyakarta, Arifin, mengungkapkan program QRIS sangat membantu. "Transaksi QRIS ini menjadi lebih efisien karena banyak wisatawan yang datang dan bertanya, 'Mas, sekarang bisa bayar pakai QRIS enggak?'" ujarnya dalam acara peluncuran QRIS Andong Wisata di Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY, Yogyakarta, Rabu (5/11/2025).
Ia menambahkan, kemudahan pembayaran digital ini telah meningkatkan pendapatan dan tingkat pemesanan. Sebelumnya, sering terjadi kasus wisatawan tidak jadi naik andong karena tidak membawa uang tunai, meskipun ingin membayar dengan transfer atau QRIS.
"Dengan diadakannya program ini, yang tadinya enggak jadi mau pakai andong, jadi tetap bisa pakai. Karena QRIS ini sekarang memudahkan transaksi." jelas Arifin.
Selain itu, penggunaan non-tunai juga menghilangkan kekhawatiran uang jatuh atau kekurangan uang kembalian.
Meskipun mendapat sambutan baik, implementasi QRIS Andong belum mencapai 100 persen. Mas Arifin menyebut saat ini baru sekitar 60 persen kusir yang menggunakan QRIS. Kendala utama terletak pada kusir yang sudah berusia lanjut (sepuh) atau di atas 40-50 tahun yang masih gaptek (gagap teknologi).
"Harapannya bisa ada yang tidak ditolak untuk teman-teman yang sepuh ini. Jadinya bisa tetap melakukan transaksi itu walaupun nanti mereka gaptek," harapnya, sembari mengusulkan adanya fitur seperti bukti transaksi berbasis suara (voice) untuk memverifikasi pembayaran.
Menyikapi hal ini, pihak Koperasi Jasa Andong Wisata Yogyakarta terus melakukan sosialisasi kepada anggotanya. "Kami juga terus mensosialisasikan kepada anggota-anggota kami, terutama yang sudah sepuh itu agar mereka tidak asing dengan metode pembayaran ini," kata Arifin.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Daerah Istimewa Yogyakarta. Sri Darmadi Sudibyo menegaskan bahwa QRIS Andong merupakan bagian dari upaya mendorong Jogja menjadi Smart City dan kota digital.
"Dengan QRIS ini, harapannya para saudara-saudara kita kusir andong ini bisa mengakomodir ketika banyak wisatawan yang hadir di Jogja. Sementara itu, sekarang ini banyak kemudian juga Generasi Z, Alpha, milenial, dan seterusnya, yang mereka sudah beralih dari menggunakan tunai menjadi menggunakan non-tunai," ujar Darmadi.
Darmadi menyebutkan secara bertahap sudah lebih dari 40 kusir dari total sekitar 300 kusir yang sudah mengadopsi QRIS Andong.
Darmadi juga menambahkan bahwa program ini dilakukan melalui pendekatan Training of Trainers (TOT) kepada kusir muda dengan harapan mereka dapat menularkan pengetahuan tersebut kepada kusir-kusir senior.
"Harapan kami dengan pendekatan semacam ToT ini kepada beberapa kusir muda, harapannya dia akan menularkan kepada kusir-kusir yang lain, sehingga mereka juga akan tertarik untuk menggunakan QRIS ini," kata Darmadi.
Pihak BI dan BPD DIY berkomitmen untuk terus mendorong digitalisasi ini tidak hanya pada andong, tetapi juga seluruh Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), serta tempat wisata, sebagai bagian dari satu ekosistem pariwisata di DIY.
"Sistem pembayaran non-tunai ini sudah menjadi kebiasaan sebagian masyarakat yang datang ke Yogyakarta. Jangan sampai mereka kehilangan kesempatan. kami sebagai penyedia jasa atau pembayaran, kami akan terus melakukan secara bertahap supaya semua andong itu kalau bisa QRIS semua," kata Darmadi, menekankan komitmen untuk mendukung visi-misi Gubernur DIY dalam pemanfaatan akses digital.

9 hours ago
6































