REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi menginstruksikan jam masuk sekolah lebih pagi, yakni pukul 06.00 dengan alasan untuk meningkatkan prestasi siswa-siswi. Benarkah masuk sekolah lebih pagi bisa membentuk murid yang lebih baik?
Berbagai studi yang dilakukan lembaga-lembaga penelitian justru menyatakan sebaliknya. Hal itu disimpulkan Badan Pusat Informasi Bioteknologi dari Institut Kesehatan Nasional (NIH) Amerika Serikat setelah menelaah sebanyak 38 laporan meneliti hubungan antara waktu mulai sekolah, tidur, dan hasil lainnya di kalangan siswa remaja.
Tak heran, pada 2014, American Academy of Pediatrics menerbitkan pernyataan kebijakan yang mendesak sekolah menengah pertama dan atas untuk menyesuaikan waktu mulai agar siswa mendapatkan tidur yang cukup dan meningkatkan kesehatan fisik dan mental, keselamatan, kinerja akademik, dan kualitas hidup. Mereka menyarankan agar sekolah menengah pertama dan atas tidak dimulai sebelum pukul 08.30.
Sebagian besar penelitian yang ditinjau memberikan bukti bahwa menunda waktu mulai sekolah penting untuk meningkatkan durasi tidur malam di kalangan remaja. “Sebagian besar penelitian menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam durasi tidur bahkan dengan penundaan waktu mulai yang relatif kecil, yaitu setengah jam atau lebih. Waktu mulai sekolah yang lebih lambat umumnya juga menunjukkan peningkatan kehadiran, berkurangnya keterlambatan, berkurangnya tingkat tertidur di kelas, nilai yang lebih baik, dan berkurangnya kecelakaan kendaraan bermotor.”
NIH merangkum bahwa kurang tidur pada anak-anak dan remaja telah terbukti berhubungan dengan berbagai dampak buruk dalam berbagai aspek kehidupan mereka. Mulai dari kesehatan mental dan fisik yang buruk hingga masalah perilaku dan nilai akademis yang buruk. Kurang tidur juga telah dikaitkan dengan kelebihan berat badan, penurunan aktivitas fisik, dan peningkatan asupan makanan, kemungkinan karena perubahan hormon pengatur nafsu makan. “Namun, hasil penyelidikan terhadap perubahan longitudinal berat badan yang disebabkan oleh durasi tidur masih beragam.”
Sejumlah literatur telah menemukan bahwa kurang tidur pada populasi muda ini terkait dengan kesehatan mental yang buruk, termasuk depresi, gejala depresi, dan keinginan untuk bunuh diri. Selain itu, beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan antara kurang tidur dan perilaku berisiko tidak sehat termasuk penggunaan alkohol, merokok, penggunaan ganja, penggunaan obat-obatan terlarang, berat badan yang tidak sehat, dan aktivitas seksual remaja
Faktor-faktor lain yang ditemukan berhubungan dengan kurang tidur termasuk perilaku mengambil risiko, intimidasi, perilaku yang berhubungan dengan kekerasan di sekolah, dan perkelahian fisik. Durasi tidur yang singkat juga ditemukan berhubungan dengan risiko yang lebih tinggi terhadap cedera yang tidak disengaja. Siswa yang kurang tidur juga lebih mungkin mengalami masalah dalam memperhatikan dan prestasi akademis yang buruk.
Ini disimpulkan dari penelitian lintas sekolah yang dilakukan University of Minnesota. Penelitian itu menemukan bahwa nilai yang dilaporkan lebih tinggi bagi siswa di sekolah yang lebih siang mulainya. Rata-rata nilai yang dilaporkan sendiri untuk dua distrik yang dimulai sebelum pukul 07.30 adalah 6,4 dan 6,5 dibandingkan dengan 7,1 untuk distrik yang dimulai pada pukul 08.30. Dalam studi longitudinal terbaru mereka yang melibatkan delapan sekolah, kelompok yang sama mencatat bahwa sebagian besar sekolah mengalami peningkatan nilai rata-rata setelah waktu sekolah dimulai lebih siang.
Beberapa penelitian telah menyelidiki hubungan antara waktu mulai sekolah dan hasil kognitif. Dua penelitian menemukan bahwa siswa yang waktu mulainya lebih lambat melaporkan lebih sedikit masalah konsentrasi dan perhatian. Sebaliknya, sebuah penelitian di Spanyol mengukur tingkat perhatian melalui tugas perhatian yang berkelanjutan di antara siswa di tiga sekolah dengan waktu mulai yang berbeda, yakni pukul 08.00, 08.15, dan 08.30. Mereka mengamati tingkat perhatian rata-rata tertinggi di sekolah yang dimulai pada 08.15. Penelitian di Norwegia menemukan, penundaan waktu masuk pada Senin membuat siswa melakukan lebih sedikit kesalahan dan memiliki waktu reaksi yang lebih cepat.