Ketika Keangkuhan Menghancurkan Hidup

maulida zahra

Sastra | 2025-05-30 13:07:15

Dokumentasi Pribadi

Novel Salah Asuhan merupakan salah satu karya Abdoel Moeis yang diterbitkan pada tahun 1986. Novel ini menceritakan bagaimana kehidupan Hanafi yang terbiasa dengan budaya Barat dan merasa kesulitan untuk beradaptasi dengan budaya Timur yang merupakan budaya bumiputera. Sikap angkuh yang dimiliki Hanafi; sering menjelek-jelekan budaya Timur, terlalu mengagung-agungkan budaya Barat inilah yang akan membuat hidupnya tidak tenang atau bahkan dikatakan hancur.

Di masa kecilnya, Hanafi pernah tinggal bersama orang Belanda, yang artinya dia sudah terbiasa dengan kebiasaan-kebiasaan Barat. Pada saat itu, Hanafi tinggal di rumah tersebut dikarenakan ibunya ingi Hanafi menjadi orang yang pandai, melebihi keluarganya dari kampung. Hanafi juga sempat bersekolah di HBS, ia menamatkan selama tiga tahun lamanya. Setelah itu, Hanafi kembali dibawa pulang oleh ibunya. Sejak saat itulah, Hanafi mulai meremehkan budayanya, terlihat dalam kutipan "Itulah salahnya, Ibu, bangsa kita dari kampung; tidak suka menurutkan putaran jaman. Lebih suka duduk rungkuh dan duduk mengukul saja sepanjang hari. Tidak ubah dengan kerbau bangsa kita, Bu! Dan segala sirih menyirih itu... brrrrr!". Hanafi pun menjadi anak yang durhaka kepada ibunya. Saampai-sampai ibunya rela melakukan apa saja demi anaknya itu senang, sekalipun yang dilakukannya itu salah.

Selain itu, dalam memilih pasangan, Hanafi terlalu pemilih karena ia hanya ingin menikahi orang dengan budaya Barat atau kalau bisa orang Barat. Kemudian, Hanafi bertemu dengan Corrie de Busse teman masa kecilnya. Corrie merupakan anak keturunan bangsa Belanda, Ibunya dari bumiputera, sedangkan ayahnya dari Belanda. Hal ini, sudah jelas bahwa Corrie hidup dengan budaya Barat, hal itu juga yang menjadikan Hanafi makin menyukai Corrie. Tak berselang lama, Corrie menikah dengan Hanafi. Corrie rela "diputuskan" hubungan dengan keluarganya karena lebih memilih menikah Hanafi, karena perkara itu menyalahi aturan keluarga Corrie. Setelah mereka resmi menjadi pasangan suami istri, Corrie hidup menjadi istri yang patuh, sedangkan Hanafi menjadi suami yang selalu menuntut istrinya dan selalu melakukan kekerasan, sampai pada puncaknya di mana Corrie pergi meninggalkan Hanafi karena ia dituduh berselingkuh dengan pria lain, tak lupa Hanafi melakukan kekerasan pada Corrie. Tuduhan dan tindakan Hanafi tersebut yang membuat Corrie memantapkan keputusannya untuk berpisah dan meninggalkan Hanafi.

Setelah bercerai dengan Corrie, beberapa waktu kemudian Hanafi menikahi perempuan pilihan ibunya, Hanafi dijodohkan dengan Rapiah, wanita baik hati dan penyabar. Akan tetapi, sifat dan sikap Hanafi tidak berubah sedikitpun, bahkan Hanafi tidak mencintai Rapiah dan lebih memilih Corrie, Hanafi masih selalu memikirkan mantan istrinya itu. Hanafi bahkan merasa terbebani dengan pernikahan tersebut karena ia merasa terikat pada adat Minangkabau. Lagi dan lagi Hanafi selalu bertekad dan menuntut agar hidupnya selalu terikat dengan budaya Barat. Dalam pernikahannya kali ini, Hanafi dikaruniai satu anak lelaki yang diberi nama Syafei. Namun, setelah menjalankan pernikahannya itu, Rapiah selalu merasa sedih dengan sifat dan perilaku suaminya itu. Sampai pada akhirnya mereka pun berpisah.

Akhir cerita ini menceritakan Hanafi yang hidup dalam penyesalan karena keangkuhan yang ia perbuat atas konflik yang telah terjadi dengan ibunya dan Rapiah. Sampai akhirnya pun Hanafi masih selalu memikirkan Corrie. Hanafi meninggal dengan penyakit yang dimilikinya.