Makin Inklusif, Pasar Modal Jadi Ladang Cuan Investor Ritel

6 days ago 20

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Humam (40 tahun) berjalan keluar dari kantor salah satu kantor cabang bank milik pemerintah di kawasan Jakarta Selatan. Ia baru saja mengajukan pelunasan sebagian pokok atas kredit pemilikan rumah (KPR) miliknya. Hal itu ia lakukan agar cicilan KPR miliknya menjadi lebih ringan setiap bulannya.

Humam mengatakan, dana yang digunakannya untuk ngebom KPR berasal dari investasi yang sudah dia lakukan sejak pandemi melanda. Kala itu, ia yang tadinya hanya berinvestasi ala kadarnya, ikut-ikutan tertarik dengan dunia saham. Apalagi, investasi pasar modal mendadak mulai diminati oleh masyarakat.

Berawal dari investasi di reksa dana, Humam memberanikan diri terjun ke saham. Berbekal ilmu yang diperolehnya di media sosial dan artikel yang dibagikan perusahaan sekuritas melalui aplikasinya, ia pun mencoba berinvestasi di saham yang kala itu rontok dilanda Covid-19.

Di tengah perjalanan, tidak sekali dua kali ia terbawa arus oleh influencer saham yang kala itu marak. "Beberapa kali zonk, kena pom pom saham gorengan," katanya saat ditemui di Jakarta, Kamis (7/11/2024).

Ia mengakui saat itu terlalu terburu-buru mengambil keputusan dan terlalu percaya dengan informasi di media sosial yang tidak jelas sumbernya. Beberapa sahamnya 'nyangkut' gara-gara FOMO (ikut-ikutan) dengan investor influencer.

Sejak saat itu, Humam akhirnya mencoba lebih bijak dalam berinvestasi. Ia pun menyeleksi lagi informasi-informasi yang ia dapat tentang Investasi saham. Ia memilih sumber-sumber yang lebih kredibel dan media-media yang terverifikasi.

"Sembari meluruskan niat, investasi untuk jangka panjang, bukan cuma buat mencari keuntungan," katanya.

Sedikit-demi sedikit, Humam pun berhasil mengumpulkan sejumlah dana. Selain untuk keperluan pendidikan anak, uang hasil berinvestasi sebagian dipakainya untuk ngebom KPR.

Humam mengatakan, investasi di pasar modal saat ini jauh lebih mudah dibandingkan dulu. Humam sebetulnya sudah memiliki akun di salah satu sekuritas sejak 2015. Namun, minimnya informasi dan edukasi tentang pasar modal membuatnya tidak terlalu tertarik berinvestasi di sana.

"Dulu cuma berani investasi di reksa dana, belum ke saham," ujarnya.

Kini, edukasi tentang Investasi di pasar modal sudah mulai masif. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) telah secara rutin mengadakan edukasi agar investasi pasar modal lebih dikenal masyarakat.

Selain itu, perusahaan sekuritas juga gencar memberikan edukasi melalui platform mereka. CEO PT Ajaib Sekuritas Indonesia Juliana mengatakan Ajaib Sekuritas berupaya memberikan edukasi investasi pada investor dan calon investor di Indonesia karena pertumbuhan investor ritel cukup tajam.

"Kita ingin mendemokratisasi layanan keuangan yang ada di indonesia, dalam artian kita mau memberikan akses investasi kepada siapapun tanpa memandang latar belakang, tingkat kemampuan finansialnya untuk dapat mulai berinvestasi," katanya dalam diskusi 'CEO Talks Investasi di Pasar Modal: Emang Boleh Segampang Itu?' yang digelar di sela Capital Market Summit & Expo, Jumat (8/11/2024).

Juliana mengatakan, masih banyak masyarakat di luar sana yang takut untuk mulai berinvestasi dengan berbagai alasan. Salah satunya adalah akses materi yang sulit didapatkan karena materi kebanyakan berbahasa asing.

"Karena itulah kami menghadirkan konten-konten edukasi ibvestasi menggunakan bahasa sehari-gari yang lebih mudah untuk dimengerti, itu sangat membantu," kata dia.

Konten edukasi yang gencar ini telah membuat jumlah investor meningkat pesat. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat saat ini terdapat 14,3 juta single investor identification (SID). 

Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Bahkan, pada tahun ini, target kenaikan 2 juta investor telah tercapai sebelum tutup tahun. Pada 2023, jumlah SID yang tercatat sebesar 12,1 juta.

Direktur Utama KSEI Samsul Hidayat mengatakan jumlah investor pasar modal dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan, seiring dengan meningkatnya minat masyarakat untuk berinvestasi. "Pertumbuhan ini perlu diapresiasi karena dari 2,5 juta investor pada 2019, jumlahnya meningkat menjadi 14,3 juta pada 2024," kata Samsul dalam media gathering di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Kamis (31/10/2024).

Samsul mengatakan, total ada 18,6 juta SID yang sudah dibuka oleh KSEI. Dari jumlah itu, 4 juta di antaranya adalah SID yang dibuka untuk kepentingan Tapera.

Investor saham saat ini jumlahnya mencapai 6,1 juta dengan pertumbuhan 17 persen (year to date/ytd). Sementara, investor reksa dana mencapai 13,4 juta investor dan investor surat berharga negara (SBN) sebanyak 1,1 juta investor.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman mengatakan tingginya pertumbuhan investor tak lepas dari gencarnya program literasi yang dilakukan pada tahun ini.

Sejak awal tahun ini hingga akhir September 2024, BEI telah mengadakan 19.779 kegiatan edukasi yang menjangkau lebih dari 24 juta peserta. Kegiatan itu termasuk Sekolah Pasar Modal (SPM), program Duta Pasar Modal (DPM), dan berbagai webinar yang dirancang untuk meningkatkan pemahaman masyarakat di seluruh Indonesia tentang investasi. 

Selain itu, BEI juga aktif mengkampanyekan gerakan #AkuInvestorSaham, yang telah menarik perhatian generasi muda. Saat ini, sekitar 79 persen dari total investor baru berusia di bawah 40 tahun yang menunjukkan tingginya partisipasi dan ketertarikan generasi muda dalam berinvestasi di pasar modal. 

Pertumbuhan investor yang disertai dengan peningkatan literasi keuangan masyarakat ini diharapkan dapat memperkuat daya tahan pasar modal Indonesia dalam menghadapi dinamika global, termasuk aliran dana investor asing.

Upaya lain yang juga dilakukan ialah dengan mengembangkan Platform IDX Mobile. Aplikasi ini sudah memiliki 193.968 pengguna dan menjadi salah satu pilar edukasi digital yang memungkinkan masyarakat mendapatkan informasi pasar modal yang mudah diakses dan akurat. Pengembangan digital ini adalah bagian dari strategi BEI dalam mengatasi tantangan akses literasi pasar modal di Indonesia.

Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengatakan, jumlah investor pasar modal saat ini masih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia. Namun, dengan semakin berkembangnya digitalisasi teknologi saat ini, semakin banyak pula perusahaan sekuritas yang menyediakan wadah bagi investor untuk bertransaksi saham. Hal tersebut dapat semakin memudahkan masyarakat Indonesia untuk menjadi investor di pasar modal. 

Selain itu, sinergi antara BEI dan berbagai pemangku kepentingan juga berperan penting dalam strategi pengembangan pasar modal. Galeri Investasi (GI) BEI menjadi salah satu pilar utama dalam mendukung literasi keuangan dan pasar modal di seluruh Indonesia. Saat ini, BEI telah memiliki 927 GI BEI yang tersebar di berbagai daerah. 

“Galeri Investasi BEI tidak hanya menjadi jembatan antara dunia akademis dan pasar modal, tetapi juga memainkan peran penting dalam mendekatkan masyarakat umum dengan edukasi pasar modal,” ujar Jeffrey.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |