Siti Kholisoh
Eduaksi | 2025-03-04 15:29:57

Mengajar adalah profesi mulia, sebuah panggilan jiwa untuk membentuk generasi penerus bangsa. Namun, di balik kemuliaannya, guru juga manusia biasa. Ada kalanya rasa lelah menghampiri, semangat memudar, dan kemalasan tiba-tiba datang tanpa permisi. Jangan khawatir, ini adalah fase yang wajar. Mengakui bahwa kemalasan bisa menghampiri adalah langkah awal yang penting. Sama seperti profesi lainnya, guru juga mengalami pasang surut motivasi. Merasa malas bukan berarti tidak profesional atau tidak peduli. Justru, mengenali dan memahami perasaan ini adalah kunci untuk menemukan solusinya.
Menghadapi rasa malas mengajar bukan perkara muda. Guru perlu dukungan dari berbagai pihak, termasuk rekan sejawat, kepala sekolah, bahkan sistem pendidikan itu sendiri. Oleh karena itu, tugas kita bersama adalah menciptakan lingkungan yang mendukung guru untuk terus bertumbuh dan bersemangat dalam mengajar.
Teknik STOP, sebuah teknik yang dikembangkan oleh Russ Haris, seorang psikoterapis dan pakar terkemuka di bidang terapi. Beliau memperkenalkan teknik ini dalam bukunya “The Happiness Trap”. Teknik STOP merupakan kependekan dari Stop (Berhenti), Take a breath (Ambil Napas), Observe (Amati), dan Proceed (Lanjutkan).
Sebagai seorang muslim pun, dalam Islam konsep muhasabah atau intropeksi diri ternyata memiliki kesamaan dengan teknik STOP. Muhasabah adalah konsep proses mengevaluasi diri sendiri, termasuk pikiran, perkataan, dan tindakan, untuk mengidentifikasi area yang diperbaiki.
Stop (Berhenti)
Ketika rasa malas mulai menghampiri, jangan diabaikan atau dipaksakan. Segera hentikan sejenak aktivitas mengajar. Berhenti sejenak antara 5-10 menit. Berikan jeda pada diri untuk menenangkan diri sejenak. Dalam Islam, kita diajarkan untuk berhenti sejenak dari kesibukan duniawi untuk merenungkan diri. Ini sejalan dengan konsep tafakur yaitu merenungkan ciptaan Allah SWT dan Maha Kuasa-Nya. Berhenti sejenak untuk mengisi ulang energi dan menumbuhkan kembali semangat.
Take a breath (Tarik napas)
Guru dapat mengambil napas beberapa kali, dengan menarik nafas lewat hidung dan menghembuskan lewat mulut. Mengatur napas dapat dilakukan dengan dzikir mengucapkan kalimat-kalimat thayyibah.
Observe (Amati)
Guru mengamati diri sendiri. Mengamati diri dengan muhasabah. Mengamati apa yang membuat diri merasa malas. Mengamati pikiran, perasaan, dan tindakan apakah sudah sesuai dengan ajaran Islam. Amati karunia-karunia yang telah Allah berikan kepada kita sehingga tumbuh rasa syukur yang akan menjadi senjata kebahagian kita.
Proceed (Lanjutkan)
Setelah intropeksi diri, mengamati anugerah-anugerah yang telah Allah berikan, maka kita lanjutkan kehidupan ini menjadi lebih baik. Jika penyebab kemalasan adalah kelelahan, guru bisa mencoba ice breaking singkat atau mengubah metode pembelajaran yang lebih interaktif. Jika penyebabnya kurang motivasi, guru bisa mengingat hal yang membuat termotivasi. Guru dapat menentukan tindakan selanjutnya
Firman Allah dalam QS. Al-Hasyr: 18 berbunyi: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Teknik STOP memiliki kesamaan dengan konsep muhasabah dalam Islam. Keduanya mendorong kita untuk berhenti sejenak, merenungkan diri, dan berusaha menjadi lebih baik. Dengan kita melakukan teknik STOP atau muhasbah diri, kita dapat meningkatkan kesadaran diri kita untuk mengatasi rasa malas, mengelola emosi dengan lebih baik dan menjalani kehidupan ini sesuai dengan ajaran Islam.
Teknik STOP ini adalah cara sederhana namun efektif untuk mengatasi rasa malas pada guru. Dengan menerapkan teknik ini guru dapat menjaga kualitas pembelajaran dan memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi siswa. Semoga ini dapat menambah inspirasi bagi guru-guru lain dalam menghadapi tantangan rasa malas. Ingatlah, menjadi guru adalah tugas yang mulia. Mari tetap semangat dan menjaga mood kita untuk selalu good mood!
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.