Hamidah Hasan
Ekspresi | 2024-12-26 21:03:02
Kenali Siapa Saja yang dijuluki Gen-Z?
Generasi Z atau yang biasa disebut Gen-Z adalah kelompok usia yang lahir pada tahun 1997 sampai 2012, yang mana mereka sekarang berusia 12 hingga 27 tahun. Gen-Z adalah generasi pertama yang tumbuh dan berkembang di era digital yang serba cepat, sehingga mereka mudah akrab dengan perkembangan teknologi digital sejak dini. Disebut Gen-Z karena generasi yang lahir sebelumnya adalah generasi X dan generasi Y , sehingga generasi berikutnya disebut Gen-Z dan generasi setelah Gen-Z disebut Gen-A atau Generasi Alpha.
Seperti Apa Kepribadian Gen-Z?
Terlahir dan tumbuh bersama dengan teknologi yang canggih membuat Gen-Z memiliki tingkat kreativitas yang tinggi dibanding generasi millenial, sehingga mereka sering menggunakan media sosial untuk menyalurkan ide yang mereka miliki. Algoritma media sosial yang dirancang untuk menampilkan konten menarik membuat Gen-Z terus-menerus melihat kehidupan orang lain yang lebih sempurna. Hal tersebut memicu perasaan iri dan takut ketinggalan, atau yang biasa disebut FOMO. Selain itu, mereka juga cenderung memiliki sensivitas emosional yang tinggi, terlalu banyak memikirkan hal-hal yang seharusnya tidak perlu dipikirkan atau overthinking, sehingga mereka sering membutuhkan orang lain untuk mendengarkan dan saling berbagi cerita mereka agar merasa lebih tenang.
Kenapa Gen-Z Butuh Teman Bicara?
Meskipun akrab dengan teknologi, Gen-Z justru sering merasa kesepian di dunia digital. Dibalik layar ponsel selalu yang menyala, mereka menyimpan banyak perasaan dan pikiran yang sebenarnya ingin mereka bagi. Mereka akan mencari seseorang yang bisa menjadi pendengar yang baik, yang bisa memahami perasaan tanpa mengungkapkan isi hati. Berbicara dengan seseorang yang sudah mereka percayai akan membantu mereka mendapatkan perspektif baru dan memahami diri mereka sendiri lebih baik.
Bagaimana Cara Menjadi Pendengar yang Baik?
Menjadi pendengar yang baik adalah kunci untuk membangun hubungan yang kuat dan saling mendukung bagi Gen-Z. Dengan berbagi perasaan dan pikiran, kedua belah pihak akan lebih dekat karena mereka merasa didengar dan dipahami. Selanjutnya apa saja hal-hal yang perlu diterapkan agar dengan mudah mengambil hati Gen-Z?
1. Berikan perhatian penuh
Saat sedang mengobrol, tunjukkan sikap antusias dan posisi tubuh yang terbuka, seperti tidak menyilangkan tangan atau kaki. Hindari melihat ponsel atau melakukan aktivitas lain yang membuat mereka merasa tidak dihargai. Tunggu mereka selesai berbicara dan jangan terlalu gegabah untuk memberikan respons.
2. Hindari memberikan nasihat yang tidak diminta
Ketika mereka diberikan nasihat tanpa diminta, mereka bisa merasa dihakimi atau seolah-olah kemampuan mereka diragukan dalam mengambil keputusan. Hal ini dapat menimbulkan perasaan defensive yang membuat mereka kurang terbuka dengan masukan. Terkadang mereka sudah tau apa yang harus mereka lakukan, mereka hanya butuh untuk didengarkan dan didukung bukan diberi solusi.
3. Tunjukkan empati dan jangan menghakimi
Jika mereka merasa dihakimi, Gen-Z akan cenderung menutup diri dan tidak ingin berbagi cerita lebih lanjut. Mereka akan merasa tidak layak untuk didengar atau dipahami, sehingga mereka lebih focus untuk membela diri. Sebaiknya, berikan dukunsgan emosional dan tunjukkan jika kita ada untuk mereka.
4. Hormati privasi mereka
Ketika mereka tidak ingin berbagi sesuatu jangan memaksa mereka untuk bercerita, hal itu akan membuat mereka merasa tidak nyaman. Namun, jika mereka berbagi sesuatu yang pribadi, jaga kerahasiaan itu karena artinya pendengar sudah berhasil menjadi orang yang diandalkan dan diprcaya.
Dengan menerapkan tips-tips tersebut, kita akan lebih mudah membangun hubungan baik yang lebih kuat dan saling menguntungkan diantara Gen-Z
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.