New York Times: Israel Akui Gunakan Kelaparan Sebagai Senjata

6 hours ago 5

REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK -- Dalam sebuah pengungkapan yang memberatkan, The New York Times telah melaporkan bahwa para pejabat senior militer Israel secara pribadi telah menyatakan keprihatinannya bahwa Jalur Gaza sedang tertatih-tatih di ambang kelaparan. Mereka juga mengakui bahwa situasi kemanusiaan memburuk dengan cepat di bawah tekanan blokade yang semakin ketat dan penghalangan bantuan yang disengaja.

Dikutip dari halaman Days of Palestine, Kamis (15/5/2025), menurut laporan tersebut, tiga pejabat militer Israel yang mengetahui krisis tersebut mengakui bahwa tingkat bantuan kemanusiaan yang mencapai Gaza saat ini sangat tidak memadai. Mereka memperingatkan bahwa situasi bisa menjadi tidak terkendali dalam beberapa pekan jika tidak ada tindakan yang segera diambil.

Penilaian internal ini secara langsung bertentangan dengan narasi publik penjajah Israel, yang terus menggambarkan situasi di Gaza sebagai “sulit tetapi dapat dikelola” dan bersikeras bahwa blokade tersebut menargetkan Hamas, bukan warga sipil. Namun, New York Times mencatat bahwa laporan independen dari badan-badan PBB dan organisasi kemanusiaan menggambarkan realitas yang jauh lebih suram.

Sejak pecahnya perang pada Oktober 2023, pendudukan Israel sangat membatasi masuknya makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke Jalur Gaza. Pada Maret 2025, pembatasan tersebut meningkat menjadi blokade penuh di sebagian besar wilayah, yang memicu keruntuhan total sistem ketahanan pangan Gaza. Toko roti dan dapur umum tutup secara massal karena kurangnya pasokan bahan makanan.

Laporan Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC) terbaru mengungkapkan bahwa 93 persen populasi Gaza kini mengalami kerawanan pangan, dengan sekitar 470.000 orang diklasifikasikan sebagai Fase 5 (Bencana) tingkat kerawanan pangan tertinggi, yang mengindikasikan risiko kematian massal akibat kelaparan.

Lembaga-lembaga kemanusiaan memperingatkan bahwa anak-anak, wanita hamil, dan orang tua adalah yang paling rentan dan dapat meninggal dalam jumlah besar jika kondisi ini terus berlanjut.

Penghalangan Bantuan Kemanusiaan yang Disengaja

Meskipun tekanan internasional terus meningkat, penjajah Israel terus memblokir atau membatasi aliran bantuan, termasuk konvoi yang mencoba masuk melalui penyeberangan Rafah dan melalui koridor sementara yang diatur oleh pasukan penjajah.

Para pejabat PBB mengatakan kepada New York Times bahwa penjajah Israel mengusulkan mekanisme distribusi bantuan alternatif melalui aktor-aktor lokal yang dianggapnya dapat diandalkan. Namun, PBB menolak untuk berpartisipasi, dengan alasan kurangnya netralitas dan pelanggaran standar kemanusiaan.

Upaya Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar untuk memediasi dan melonggarkan pembatasan hanya membuahkan hasil yang terbatas. Tel Aviv terus mengaitkan konsesi kemanusiaan apapun dengan kemajuan negosiasi tawanan, yang menyebabkan banyak inisiatif kemanusiaan terhenti.

Tumbuhnya Perbedaan Pendapat Internal Israel 

Laporan New York Times juga menyoroti perpecahan yang berkembang di dalam tubuh pendudukan Israel terkait strategi di Gaza. Sementara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan pemerintahannya bersikeras bahwa blokade adalah kebutuhan strategis, beberapa pejabat militer dilaporkan khawatir akan implikasi moral dan dampak diplomatiknya.

Seorang mantan pejabat militer Israel, yang berbicara secara anonim, memperingatkan bahwa ketidakpedulian yang terus berlanjut terhadap bencana kemanusiaan ini dapat mengakibatkan memperdalam isolasi internasional dan munculnya kembali seruan-seruan untuk memberikan sanksi kepada penjajah Israel di forum-forum global.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |