Permintaan Barang Naik, Penundaan Tarif Berhasil?

4 hours ago 2

Home > Shipping Thursday, 15 May 2025, 18:30 WIB

Fondasi ekonomi nasional tetap tangguh dan resilien di tengah ketidakpastian.

FreepikImpor barang melonjak akibat AS-Tiongkok pelankan perang tarif. Sumber:Freepik

ShippingCargo.co.id, Jakarta — Penangguhan tarif impor Amerika Serikat sebesar 145 persen terhadap barang asal Tiongkok selama 90 hari memicu gelombang permintaan mendadak dari importir AS. Banyak perusahaan bergegas mengirimkan barang sebelum masa tenggat berakhir, guna menghindari kemungkinan kenaikan tarif berikutnya. Hal ini mendorong aktivitas produksi dan logistik lintas Asia Pasifik kembali bergeliat, termasuk pada rute laut yang selama ini terdampak perang dagang.

Beberapa pabrik di Tiongkok yang sebelumnya sempat tutup kini telah kembali beroperasi. Wang Jie, pemilik pabrik sepatu di sana, menyatakan pesanan dari klien AS untuk periode Mei–Agustus langsung diminta diproses dan dikirim secepat mungkin. Di sektor elektronik, beberapa eksportir memilih mengalihkan pengapalan ke Vietnam sebagai titik penyimpanan sementara, menunggu kejelasan arah kebijakan tarif AS ke depan.

"Jendela 90 hari ini menyelamatkan momen Natal dari potensi kekacauan rantai pasok," ujar Cameron Johnson, konsultan senior Tidalwave Solutions yang berbasis di Tiongkok. Bagi pelaku logistik global, hal ini menjadi peluang emas: permintaan ruang kontainer dari Tiongkok ke AS melonjak drastis. Flexport melaporkan kenaikan pemesanan slot kapal hingga 35 persen hanya dalam sehari setelah kesepakatan diumumkan, per Maritime Executive.

Sebagai respons, perusahaan pelayaran mulai menaikkan tarif kargo. Kenaikan biaya pengapalan dari Tiongkok ke Pantai Barat AS diperkirakan mencapai 500 dolar AS per FEU minggu ini, bahkan bisa melonjak hingga 3.500 dolar AS per FEU untuk pengapalan bulan depan.

Bagi Indonesia, kondisi ini menjadi pengingat bahwa dinamika global bisa berubah dengan cepat. Namun, sebagaimana ditegaskan oleh Kementerian Keuangan, fondasi ekonomi nasional tetap tangguh dan resilien di tengah ketidakpastian. Strategi diversifikasi pasar ekspor, penguatan logistik domestik, serta integrasi ke dalam rantai nilai regional tetap menjadi kunci utama dalam menjaga daya saing Indonesia.

Pemerintah terus mendorong pelaku usaha untuk tidak sekadar bergantung pada pasar tertentu, melainkan memanfaatkan momentum pergeseran pola perdagangan untuk memperluas penetrasi pasar, khususnya ke mitra non-tradisional. Sejalan dengan prinsip “bebas aktif”, Indonesia tetap menjalin kerja sama dengan berbagai pihak tanpa terjebak dalam rivalitas dua kekuatan ekonomi besa

Image

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |