Pejuang Gaza Hajar Hummer Sementara Helikopter Israel Gagal Evakuasi Korban, Ini Kata Pakar Militer

1 day ago 9

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA— Pakar militer Brigadir Jenderal Elias Hanna mengatakan strategi perlawanan didasarkan pada pertempuran di tempat-tempat yang jauh dari kedalaman Jalur Gaza.

Hanna mengungkapkan alasan mengapa pejuang dari sayap militer Gerakan Perlawanan Islam Hamas menargetkan kendaraan Hummer dan kegagalan helikopter untuk mengevakuasi para korban.

Hanna berbicara kepada Aljazeera, dikutip Republika.co.id, setelah situs-situs berita Israel melaporkan bahwa tiga tentara Israel tewas dan 11 lainnya luka-luka keSetika sebuah kendaraan militer Hummer menjadi sasaran serangan di daerah Jabalia di Jalur Gaza utara.

Dalam konteks yang sama, Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, mengumumkan bahwa para pejuangnya terlibat dalam bentrokan sengit dengan tentara Israel dari jarak nol kilometer di sebelah timur kamp Jabaliya. Serangan yang mengindikasikan bahwa tentara Israel terbunuh dan terluka di tengah-tengah bentrokan yang sedang berlangsung.

Dari sudut pandang militer, Hanna mengatakan bahwa kendaraan Hummer tersebut tidak berlapis baja, dan tentara penjajah mengendarainya di tempat-tempat yang dianggap aman dan mudah.

Hal ini menunjukkan bahwa operasi tersebut terjadi di dekat daerah pemukiman, yang mengakibatkan ketidakmampuan tentara penjajah untuk mengevakuasi korban tewas dan terluka.

Dia tidak mengesampingkan perlawanan yang menargetkan kendaraan Hummer di garis belakang tentara penjajah atau dekat dengan pusat operasi.

Hal ini menunjukkan bahwa kendaraan ini adalah target termudah dan memberikan hasil yang menyakitkan bagi penjajah, dengan mengutip kematian 3 tentara dan sejumlah yang terluka, menurut sumber-sumber Israel.

Media Israel telah melaporkan bahwa operasi di Jabalia merupakan hasil dari "penyergapan yang rumit dan sulit," dan menyebutkan bahwa tentara yang tewas berasal dari Brigade 9.

Sumber yang sama menjelaskan bahwa helikopter militer melepaskan tembakan berat di area operasi, yang mengindikasikan bahwa evakuasi tentara yang tewas dan terluka gagal karena intensitas tembakan, dan bahwa sebuah helikopter militer ditembaki ketika mencoba mengevakuasi yang terluka.

Menurut Hanna, dalam perang jenis ini, kekuatan antara kedua belah pihak setara, dengan alasan ketidakmampuan tentara pendudukan untuk menggunakan pesawat tempur karena bentrokan terjadi lebih dekat dengan jarak nol, sehingga menggunakan helikopter.

Brigade al-Qassam mengumumkan pada tanggal 31 Mei bahwa pejuang mereka telah menyergap unit infanteri Zionis dalam perangkap yang direncanakan dengan cermat dan menyerang mereka dari jarak dekat dengan senjata ringan selama operasi tanggal 27 Mei. Para pejuang Al-Qassam mengkonfirmasi adanya korban jiwa dan cedera di antara pasukan Israel. Brigade tersebut juga melaporkan pada tanggal 30 Mei bahwa mereka telah bersama-sama melakukan operasi dengan Saraya al-Quds melawan unit kolaborator yang bersekutu dengan Israel di Gaza selatan, ketika pertempuran terus berlanjut dan perundingan gencatan senjata masih menemui jalan buntu. Dalam pernyataannya, al-Qassam merinci bahwa pasukan kolaborator sedang berlindung di dalam sebuah rumah di kompleks Perumahan Eropa milik Khan Younis ketika pejuang mujahidin menyerang gedung tersebut dengan peluru penghancur bunker TBG dan peluru fragmentasi, yang menyebabkan korban jiwa dan luka-luka di antara anggota unit tersebut. Brigade mengumumkan pada tanggal 25 Mei bahwa pejuang mereka telah memasang beberapa alat peledak tinggi di sebuah rumah tempat tentara Israel berlindung dan meledakkannya pada dini hari tanggal 20 Mei, menyebabkan bangunan tersebut runtuh dan menimbulkan banyak korban jiwa pada pasukan di dalamnya. Sementara, IDF telah mengadopsi taktik operasional baru di Jalur Gaza ketika tentara mereka terus menghadapi ancaman dari operasi Perlawanan Palestina, menurut laporan surat kabar Israel Maariv. Maariv melaporkan bahwa IOF menggunakan kendaraan pengangkut personel lapis baja tua yang memuat berton-ton bahan peledak (12 ton) dan dioperasikan dari jarak jauh, dan menyebutkan bahwa kendaraan tersebut disebut "Kamikaze APC", yang dirancang untuk mencapai target dan diledakkan dari jarak jauh. Laporan tersebut menambahkan bahwa metode ini pertama kali diterapkan setelah insiden bencana yang melibatkan APC Brigade Golani di lingkungan Shujaiya Kota Gaza, dan sejak itu menjadi taktik standar yang digunakan untuk membersihkan jalan, menghancurkan bangunan, dan menargetkan infrastruktur tanpa membuat pasukan terkena bahaya langsung. Sumber keamanan Israel mengatakan kepada surat kabar tersebut bahwa “setiap kendaraan lapis baja membawa berton-ton bahan peledak,” dan menambahkan bahwa satu ledakan akan menghasilkan gelombang ledakan besar, dengan gelombang kejut yang dapat terdengar dari jarak berkilo-kilometer jauhnya. Hal ini terjadi ketika pasukan Perlawanan Palestina melanjutkan operasi mereka di Gaza, menargetkan pasukan pendudukan Israel dan kendaraan militer, sehingga menimbulkan banyak korban jiwa. Selain itu, ada kekhawatiran bahwa taktik baru ini akan semakin meningkatkan korban sipil, dengan pemboman dan pembunuhan terhadap warga sipil Palestina yang semakin tidak pandang bulu.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |