Home > Risalah Wednesday, 05 Mar 2025, 21:16 WIB
Apabila selesai shalat, maka berdzikirlah sebanyak-banyak di waktu berdiri, duduk, dan berbaring.

SumatraLink.id – Manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah Subhanahuwata’ala (SWT). Allah SWT yang Maha Esa dan Maha Kuasa atas segala sesuatu terhadap apa yang diciptakan-Nya. Sepantasnya sebagai makhluk sempurna, manusia senantiasa mengingat-Nya dengan cara berdzikir sepanjang waktu.
Allah SWT berfirman, “Karena itu, ingalah kamu kepada-Ku, niscaya Aku akan ingat (pula) kepadamu,” (QS. Al-Baqarah: 152).
Dari ayat tersebut, sangat jelas bila kita tidak pernah atau lalai dari mengingat (berdzikir) kepada Allah SWT yang menciptakan manusia, maka ia tidak akan mengingat kita.
Dalam hal berdzikir dengan menyebut nama dan kebesaran Allah SWT ini, kita diperintahkan melakukan dengan suara lemah dan lembut (tidak mengeraskan suara), dan dilakukan sebanyak mungkin di pagi dan petang.
“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang,” (QS. Al-Ahzab: 41-42).
Dzikir ini dapat dilakukan berbagai tempat dan waktu, baik ketika selesai shalat, beraktivitas dunia, hingga menjelang tidur.
Baca juga: Perbanyak Sedekah, Harta Takkan Berkurang
“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk, dan di waktu berbaring,” (QS. An-Nisaa’: 103).
Sesungguhnya kehidupan umat Nabi Muhammad SAW ini hadir di dunia ini untuk berdzikir atau mengingat-Nya dalam kondisi apapun, terlebih selesai shalat. Artinya, ibadah dzikir ini tidak lepas dari umat Muslim tanpa terkecuali agar ia selamat dalam hidup di dunia terlebih di akhirat.
Bila kita hidup tapi enggan berdzikir, maka kehidupan kita seperti orang mati yang tidak bisa berbuat apa-apa. Abu Musa Al-Asy’ari Rodhiyallahuanhu berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Tuhannya dan orang yang tidak berdzikir kepada Allah seperti orang yang hidup dan mati,” (HR. Bukhori).