suntusia hafiza
Agama | 2025-04-26 15:37:23

Konflik berkepanjangan antara Palestina dan Israel telah menjadi salah satu isu geopolitik paling kompleks dan menyedihkan di dunia. Selama beberapa dekade, rakyat Palestina hidup di bawah pendudukan, menghadapi pembatasan pergerakan, kehilangan tanah dan sumber daya, serta kekerasan yang terus berulang. Situasi ini bukan hanya tragedi kemanusiaan, tetapi juga sumber ketidakstabilan regional dan internasional.
Berbagai upaya diplomatik dan resolusi internasional telah diupayakan untuk mencapai solusi yang adil dan berkelanjutan, namun hingga kini, impian akan kemerdekaan dan kedaulatan Palestina masih jauh dari kenyataan. Sementara komunitas internasional terbagi dalam pendekatan dan tindakan, penderitaan rakyat Palestina terus berlanjut, menuntut perhatian dan tindakan yang lebih konkret dan terpadu.
Penderitaan kaum muslim di Gaza tak juga berakhir. Sungguh ironis, di saat penjajah Zionis semakin pongah mempertontonkan kekejian yang melampaui akal sehat, kabar duka justru datang dari Gaza: Fatima Hassouna, jurnalis foto yang dulu dikenal karena kehangatan dukungannya bagi Gaza melalui karyanya, kini menjadi saksi bisu kebrutalan Israel, meregang nyawa akibat serangan mereka pekan ini. Serangan yang juga melukai parah kedua orang tua Fatima ini, menurut sepupunya Hamza Hassouna, terjadi tiba-tiba saat dua roket menghancurkan rumah mereka.
( https://www.cnnindonesia.com/internasional/, 19 April 2025)
Pusat Perlindungan Jurnalis Palestina (PJPC) turut berduka atas kematian Fatima Hassouna dan mengecam serangan Israel sebagai "kejahatan" yang melanggar hukum internasional. Karya-karya fotografi Fatima tampil sebagai saksi bisu yang tak terbantahkan, membingkai kehancuran dan penderitaan yang dialami penduduk Gaza akibat agresi Israel yang membabi buta. Di sisi lain, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) berdalih bahwa mereka menargetkan anggota Hamas demi melindungi warga sipil Israel. Namun, klaim ini bertentangan dengan kenyataan bahwa serangan Israel telah menyebabkan lebih dari 60 ribu kematian di Palestina sejak Oktober 2023 dan menghancurkan banyak rumah. Sebelum meninggal, Fatima dikenal melalui dokumentasi fotografinya tentang kehidupan di Gaza, dan ia bahkan pernah menulis di Instagram tentang harapannya agar kematiannya menjadi simbol perlawanan. ( https://www.cnnindonesia.com/internasional/, 19 April 2025)
Disisi lain para penguasa muslim itu hanya memberikan kecaman tanpa ada aksi nyata. Situasi ini menjadi sorotan tajam Firman Allah memerintahkan umat islam memberi pertolongan pada saudaranya sesama muslim. Allah juga menyatakan umat muslim adalah bersaudara. Rasulullah saw. juga bersabda bahwa umat Islam adalah satu tubuh. Oleh karena itu wajib menolong saudaranya.
Namun selama rantai nasionalisme, cetakan penjajah yang usang, masih membelenggu, persatuan hakiki umat akan tetap menjadi ilusi, dan pekik jihad takkan pernah menggema. Oleh karena itu, umat Islam mesti menanggalkan belenggu ini, menyadari bahwa fajar kebebasan hanya akan menyingsing melalui persatuan global di bawah satu kepemimpinan, Khilafah, sang pelindung.
Seyogianya, sebuah gaung persatuan harus dikumandangkan oleh umat kepada seluruh muslim di muka bumi. Ingatan akan pentingnya bersatu dan saling membantu hendaknya tak pernah pudar. Umat perlu bergerak serempak, mendesak para pemimpin muslim untuk menunaikan tanggung jawabnya dalam membela Palestina melalui jihad dan tegaknya kepemimpinan Islam.
Gerak umat harus ada yang memimpin agar terarah. Arsitek dakwah ini merancang bangunan ideologi dengan jihad sebagai pilar utama dan khilafah sebagai atapnya. Para pembangunnya adalah para pekerja gigih yang terus bergerak, mencurahkan segenap daya demi merekatkan bata-bata persatuan umat. Mereka meyakini, dengan tegaknya khilafah sebagai fondasi, segala persoalan umat, termasuk luka Palestina, akan menemukan solusi, dan rumah peradaban Islam akan kembali berdiri kokoh. Hari ini pun, seruan jihad telah menjadi cetak biru awal pembangunan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.