Home > Galeri Friday, 14 Mar 2025, 13:58 WIB
Sarasehan ini bertujuan menggali kearifan sastra Nusantara sebagai medium penyampaian nilai-nilai religius yang inklusif, sekaligus memperkuat identitas bangsa di tengah keragaman.

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Makara Art Center (MAC) bekerjasama dengan Asrama Mahasiswa UI di dukung oleh Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, Forum Kebangsaan dan Yayasan Akar Idonesia sukses menyelenggarakan Sarasehan Budaya bertajuk “Religiusitas dalam Sastra Nusantara".
Acara yang digelar di Gedung Asrama UI Depok, Kamis (13/03/2025), dihadiri dari kalangan akademisi, budayawan, pemuka agama, mahasiswa, dan masyarakat umum.
Sarasehan ini bertujuan menggali kearifan sastra Nusantara sebagai medium penyampaian nilai-nilai religius yang inklusif, sekaligus memperkuat identitas bangsa di tengah keragaman.
Dalam sambutannya, Kiyai Zastrouw menyoroti beberapa karya sastra nusantara diantaranya mengenai Serat Centhini dan Hikayat Raja Pasai yang memadukan ajaran Islam dengan nilai lokal.
"Dalam Serat Centhini, konsep tasawuf disajikan melalui simbol budaya Jawa, menunjukkan adaptasi agama yang tidak menghilangkan akar tradisi,” jelasnya.
Safrin Arifin, Direktur Pengelola Fasilitas Penunjang Pendidikan menambahkan, Sastra Nusantara juga berhubungan dengan Kesehatan, salah satunya berhubungan dengan metode pengobatan dan racikan obat-obatan yang banyak ditemui di wilayah-wilayah nusantara, bahkan mengenai pengobatan tradisional juga erat dengan sastra nusantara dengan aneka reliugisitas masyarakatnya.
"Bukan hanya warisan namun estetika yang tinggi yang mencerminkan nilai toleransi juga cerminan luhur nilai spiritual yang menyatukan perbedaan. Dari manuskrip kuno hingga karya kontemporer, kita temukan dialog antariman yang relevan untuk masa kini," ungkap Yayuk Sri Budi Rahayu (Direktur Pemberdayaan Nilai Budaya Kementerian Kebudayaan RI)
Sastra sebagai Refleksi keadaan yang terjadi berdasarkan zamannya dan berdasarkan emosi, religiusitas dan toleransi.
Sesi diskusi menghadirkan tiga pembicara kunci: Yanusa Nugroho (Seorang budayawan yang menggeluti sastra nusantara khususnya mengenai pewayangan), Jamal D Rahman (akademisi), dan dipandu oleh Sarah Monica (sebagai Moderator).
Yanusa Nugroho mengupas contoh nyata dari naskah cerita pewayangan mengenai kisah serat nusantara Dewa Ruci yang menceritakan mengenai sastra mengandung religiusitas yang berhubungan dengan tasawuf.
Jamal D Rahman menyoroti pentingnya sastra sebagai alat pendidikan moral. dalam hal ini sastra melayu banyak juga berpengaruh terhadap karya sastra nusantara, salah satu tokoh sastrawan melayu yakni Hamzah Fansuri banyak tulisannya erat hubungannya dengan kesufian yang menggunakan symbol-symbol alam seperti laut dan lain-lain.
Bagaimana metafor-meafor yang di sematkan dalam karya Hamzah Fansuri memberikan metafor mengenai alam betapa relatifnya hubungan dalam konsep kosmologi.
“Kisah-kisah dalam Hikayat Kalila dan Damina atau Babad Cirebon mengajarkan kejujuran dan keadilan tanpa membeda-bedakan agama. Ini jadi fondasi karakter bangsa.”
Sementara secara khusus Yayuk Sri Budi Rhayau sebagai keynote speaker menambahkan, “Religiusitas dalam sastra Nusantara bersifat cair, memungkinkan pembaca dari latar belakang apa pun menemukan makna universal.” (***)