Satgas Premanisme: Antara Euforia Sesaat dan Solusi yang Tak Menyentuh Akar Masalah

7 hours ago 4

Image Umar Wachid B. Sudirjo

Kebijakan | 2025-05-13 01:17:58

Satgas Premanisme: Antara Euforia Sesaat dan Solusi yang Tak Menyentuh Akar Masalah

Oleh Umar Wachid B Sudirjo

Belakangan ini, perhatian masyarakat terhadap fenomena premanisme—tindak kekerasan atau pemerasan yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara yang tidak sah—semakin meningkat. Dalam merespons hal tersebut, pemerintah melalui berbagai instansi terkait merencanakan pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Premanisme. Namun, pertanyaannya, apakah pembentukan satgas ini merupakan langkah yang efektif, atau justru hanya menjadi euforia sesaat yang tidak menyelesaikan akar masalah?

Satgas Premanisme: Tindakan Simbolis atau Solusi Nyata?

Pembentukan Satgas Premanisme yang dilakukan secara mendesak sering kali dipandang lebih sebagai tindakan reaktif terhadap tekanan publik ketimbang langkah yang terencana dengan matang. Ketika fenomena premanisme menjadi perhatian media, pemerintah seolah merasa perlu menunjukkan bahwa mereka “bertindak” dengan cara yang cepat dan terlihat. Pembentukan satgas ini bisa jadi hanya untuk memberi kesan bahwa pemerintah serius dalam mengatasi masalah yang mendesak. Namun, tanpa adanya perencanaan yang jelas dan pendekatan yang berkelanjutan, satgas premanisme hanya akan menjadi simbol euforia sementara yang tidak memberikan dampak jangka panjang.

Premanisme: Masalah Sosial yang Lebih Kompleks

Premanisme bukan hanya soal individu atau kelompok yang melakukan tindakan kekerasan di jalanan, tetapi juga merupakan gejala dari masalah sosial yang lebih besar. Beberapa faktor yang berperan dalam munculnya premanisme antara lain adalah kemiskinan, pengangguran, ketidaksetaraan sosial, dan kurangnya akses terhadap kesempatan yang layak dalam masyarakat. Tanpa menyentuh akar masalah ini, pembentukan satgas hanya akan membasmi gejala, bukan menyelesaikan masalah.

Fenomena premanisme sering kali berasal dari ketidakberdayaan individu yang tidak memiliki akses untuk memperbaiki kondisi hidupnya. Jika satgas hanya berfokus pada penindakan fisik terhadap preman yang terlihat, maka yang dihasilkan adalah rasa aman sementara bagi masyarakat, tanpa ada perubahan dalam struktur sosial yang melatarbelakangi munculnya premanisme itu sendiri.

Efektivitas Jangka Pendek vs. Jangka Panjang

Upaya untuk menanggulangi premanisme tidak bisa hanya berfokus pada penindakan jangka pendek. Penangkapan preman-preman di jalanan memang bisa memberikan rasa aman sementara, tetapi jika tidak disertai dengan solusi sistemik, seperti pemberdayaan ekonomi, pendidikan, dan pemberantasan ketimpangan sosial, masalah premanisme akan kembali muncul. Penindakan yang tidak terintegrasi dengan upaya perubahan sosial lebih luas hanya akan menghasilkan perasaan aman sementara, tanpa mengurangi ketimpangan yang menjadi akar dari munculnya premanisme itu sendiri.

Apa yang Sebenarnya Dibutuhkan?

Alih-alih terburu-buru membentuk satgas yang hanya berfokus pada tindakan represif yang tidak berkelanjutan, pemerintah seharusnya lebih fokus pada pendekatan komprehensif yang melibatkan pemberdayaan masyarakat dan peningkatan kesejahteraan sosial. Program-program yang mendasar, seperti pendidikan keterampilan bagi mereka yang terpinggirkan, akan membantu mengurangi ketergantungan mereka pada kegiatan premanisme sebagai satu-satunya cara untuk bertahan hidup.

Selain itu, perlu ada penegakan hukum yang tegas dan adil, tidak hanya pada para pelaku di lapangan, tetapi juga terhadap pihak-pihak yang memberikan ruang bagi praktik premanisme, seperti perdagangan ilegal, pungutan liar, atau korupsi yang turut memperburuk kondisi sosial masyarakat.

Satgas Premanisme: Sebuah Solusi Jangka Pendek?

Pembentukan satgas premanisme bisa jadi merupakan langkah cepat untuk menunjukkan aksi terhadap masalah yang mendesak. Namun, jika satgas ini hanya difokuskan pada penindakan fisik tanpa memperhitungkan faktor-faktor sosial yang lebih dalam, maka ini bisa menjadi tindakan yang sia-sia dan tidak efektif dalam jangka panjang.

Upaya pemberantasan premanisme membutuhkan lebih dari sekadar tindakan penangkapan atau pembubaran kelompok preman. Pemerintah harus melihat masalah ini sebagai bagian dari perubahan struktural dalam masyarakat yang membutuhkan kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Pemberdayaan sosial, akses pendidikan, dan kesempatan kerja adalah bagian penting dari solusi yang lebih menyeluruh.

Kesimpulan: Mengasah Pisau yang Ada

Alih-alih membentuk satgas premanisme yang mungkin hanya akan menjadi solusi sementara, lebih baik pemerintah mengasah pisau yang sudah ada. Aparat penegak hukum yang ada, undang-undang yang sudah ada, dan program pemberdayaan masyarakat yang lebih terstruktur bisa jauh lebih efektif daripada terus-menerus menciptakan alat baru yang hanya digunakan dalam jangka pendek.

Premanisme bukanlah masalah yang bisa diatasi dengan penindakan fisik semata, tetapi dengan pendekatan holistik yang menyentuh akar masalah sosial. Pemerintah harus lebih fokus pada pemberdayaan masyarakat, penegakan hukum yang adil, dan perubahan sosial yang berkelanjutan agar masalah premanisme benar-benar bisa diatasi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |