
FIFARM--Pupuk alami kini menjadi primadona di kalangan petani yang ingin beralih ke pertanian organik, sekaligus menjaga kesuburan tanah dan lingkungan. Salah satu kombinasi menarik yang mulai mencuri perhatian adalah sinergi antara kunyit dan urin kelinci sebagai pupuk alami. Kombinasi ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga kaya akan nutrisi dan memiliki sifat antibakteri yang bermanfaat bagi tanaman.
Mengapa Kunyit dan Urin Kelinci
Kunyit (Curcuma domestica Val) dikenal luas sebagai rempah dengan segudang manfaat, baik untuk kesehatan manusia maupun pertanian. Kandungan utama kunyit, yaitu kurkumin, memiliki sifat antiinflamasi, antibakteri, dan antijamur, yang dapat membantu melindungi tanaman dari patogen. Selain itu, kunyit mengandung senyawa organik yang dapat memperkaya media tanam. Penelitian oleh Hartati (2013) dalam *Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri* menyebutkan bahwa kunyit memiliki potensi sebagai bahan organik yang mendukung pertumbuhan tanaman berkat kandungan nutrisinya.
Sementara itu, urin kelinci adalah sumber nutrisi yang kaya akan nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K), yang merupakan elemen penting untuk pertumbuhan tanaman. Menurut penelitian Badan Penelitian Ternak (Balitnak) pada tahun 2005, urin kelinci mengandung 2,72% nitrogen, 1,1% fosfor, dan 0,5% kalium, jauh lebih tinggi dibandingkan urin ternak lain seperti sapi atau ayam. Kombinasi urin kelinci dengan kotoran kelinci bahkan dapat menghasilkan pupuk dengan kandungan 2,20% nitrogen, 87% fosfor, dan 2,30% kalium, serta elemen mikro seperti kalsium dan magnesium. Uniknya, kotoran kelinci juga mengandung zat antiseptik yang mampu melawan bakteri pembusuk pada tanaman.
Ketika kunyit dan urin kelinci digabungkan, tercipta pupuk organik yang kaya nutrisi sekaligus memiliki sifat pelindung alami. Kunyit membantu mengurangi bau menyengat urin kelinci selama proses fermentasi, sekaligus meningkatkan efektivitas pupuk dengan sifat antibakterinya.
Proses Pembuatan Pupuk Alami dari Kunyit dan Urin Kelinci
Proses pembuatan pupuk ini relatif sederhana dan dapat dilakukan oleh petani dengan peralatan yang mudah ditemukan. Berikut langkah-langkahnya berdasarkan praktik yang dilakukan petani dan didukung oleh penelitian:Kelinci Rex / FIFARM
1. Pengumpulan Urin Kelinci
Urin kelinci dikumpulkan dengan menempatkan wadah atau pipa di bawah kandang kelinci. Penelitian oleh BPTP Bali (2014) menunjukkan bahwa satu ekor kelinci dapat menghasilkan sekitar 88 ml urin per hari, yang kemudian dapat diolah menjadi pupuk cair. Urin terbaik berasal dari kelinci berusia 6-8 bulan karena kandungan N, P, dan K-nya paling optimal.
2. Persiapan Ekstrak Kunyit
Kunyit segar diparut atau dihaluskan, lalu dicampur dengan air untuk membuat larutan. Rasio yang umum digunakan adalah **30:10:60 (kunyit:asam:air)**, seperti yang diteliti dalam pembuatan jamu kunyit asam. Larutan ini dapat langsung dicampur dengan urin kelinci atau difermentasi terlebih dahulu untuk meningkatkan stabilitas senyawa aktifnya.
3. Fermentasi
Campuran urin kelinci dan ekstrak kunyit dimasukkan ke dalam wadah tertutup, seperti drum plastik. Untuk mempercepat fermentasi dan mengurangi bau, petani sering menambahkan bahan tambahan seperti batang pisang cincang, keong sawah, atau dekomposer seperti EM4 atau Azotobacter. Proses fermentasi berlangsung selama 1-4 minggu, tergantung pada jumlah urin dan kondisi lingkungan. Penelitian oleh Hendarto dan Banjarnahor (2012) menunjukkan bahwa fermentasi dengan urin kelinci dapat meningkatkan kualitas pupuk organik cair.
4. Aplikasi ke Tanaman
Pupuk cair yang sudah jadi diencerkan dengan air (rasio 1:10 atau sesuai kebutuhan tanaman) dan disiramkan ke akar atau disemprotkan ke daun. Penelitian oleh Fitriasari dan Rahmayuni (2017) membuktikan bahwa aplikasi urin kelinci pada jagung manis dapat mengurangi dosis pupuk anorganik hingga 50% tanpa mengurangi hasil panen.[]()
Praktik Nyata dari Petani Berpengalaman
Banyak petani di Indonesia telah memanfaatkan urin kelinci sebagai pupuk organik, dan beberapa di antaranya mulai menggabungkannya dengan kunyit untuk hasil yang lebih baik. Berikut beberapa kisah inspiratif:
- Kaskul, Petani di Cianjur, Jawa Barat
Kaskul, seorang petani yang tergabung dalam Program Petani Muda (PPM) 2019 di Rumah TLF, Cianjur, telah berhasil mengolah urin kelinci menjadi pupuk cair dengan campuran kunyit dan jahe untuk mengurangi bau. Ia mencampur urin kelinci dengan batang pisang dan keong sawah, lalu memfermentasinya selama satu bulan. Hasilnya, tanaman sayuran seperti bayam yang dipupuk dengan campuran ini memiliki daun yang lebih hijau dan pertumbuhan yang lebih cepat.
- Petani di Desa Widorokandang, Magetan
Mahasiswa KKN IPB bersama peternak kelinci di Desa Widorokandang menghasilkan pupuk organik cair bernama *Growi*. Mereka menggunakan urin kelinci yang difermentasi dengan tambahan kunyit untuk mengatasi masalah harga pupuk kimia yang mahal. Produk ini telah membantu petani lokal meningkatkan hasil panen sekaligus memperbaiki struktur tanah.
- Susan Lusiana, SPI Bogor
Susan, koordinator Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pertanian Berkelanjutan Serikat Petani Indonesia (SPI), mengungkapkan bahwa urin kelinci yang difermentasi telah meningkatkan kualitas tanaman daun seperti bayam. Dengan tambahan kunyit, pupuk ini tidak hanya menyuburkan tetapi juga melindungi tanaman dari hama dan penyakit. Susan juga menyebutkan bahwa pupuk ini memiliki potensi bisnis dengan harga jual Rp10.000-Rp15.000 per 250 ml.
Manfaat dan Tantangan
Manfaat:
- Kaya Nutrisi: Kombinasi urin kelinci dan kunyit menyediakan N, P, K, dan senyawa organik yang mendukung pertumbuhan tanaman.
- Ramah Lingkungan: Mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia, yang dapat merusak struktur tanah dalam jangka panjang.
- Antibakteri dan Antijamur: Kunyit membantu melindungi tanaman dari patogen, sementara urin kelinci meningkatkan ketahanan tanaman.
- Ekonomis: Bahan baku mudah didapat, dan prosesnya sederhana, cocok untuk petani skala kecil.
Tantangan:
- Bau Urin: Meskipun kunyit membantu mengurangi bau, fermentasi yang tidak tepat dapat menghasilkan aroma yang mengganggu.
- Ketersediaan Bahan: Petani yang tidak beternak kelinci mungkin kesulitan mendapatkan urin dalam jumlah cukup.
- Pengetahuan Teknis: Proses fermentasi memerlukan pemahaman agar pupuk tidak merusak tanaman jika digunakan dalam konsentrasi tinggi.
Sinergi kunyit dan urin kelinci sebagai pupuk alami menawarkan solusi cerdas bagi petani yang ingin beralih ke pertanian organik. Dukungan dari penelitian ilmiah, seperti yang dilakukan oleh Balitnak dan BPTP Bali, serta praktik nyata dari petani berpengalaman, menunjukkan bahwa kombinasi ini tidak hanya efektif tetapi juga ekonomis dan berkelanjutan. Dengan sedikit kreativitas dan pengetahuan teknis, petani dapat memanfaatkan limbah kelinci dan rempah dapur ini untuk menyuburkan tanah dan meningkatkan hasil panen. Mari dukung pertanian organik untuk masa depan yang lebih hijau!