
Oleh: Buya Anwar Abbas*)
Momen 28 Oktober harus selalu dikenang oleh seluruh bangsa indonesia. Sebab, pada tanggal tersebut di tahun 1928 dahulu, anak-anak muda negeri ini menancapkan tonggak sejarah bagi tegaknya persatuan dan kesatuan di antara warga bangsa.
Tidak ada kode iklan yang tersedia.Mereka berkumpul di Jakarta untuk membicarakan diri mereka sendiri dalam kaitannya dengan kehadiran kolonial Belanda yang senantiasa berada di sisi mereka.
Mereka benar-benar merasa gelisah karena kebebasan sebagai anak negeri dikekang oleh para pendatang yang menguasai seluruh tanah tumpah darah mereka.
Didorong oleh rasa persaudaraan dan keinginan yang kuat untuk bebas, mereka membuat pernyataan bersama pada akhir pertemuan. Mereka bersumpah bersama yang isinya sebagai berikut.
"Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia."
Sumpah yang mereka ikrarkan tersebut benar-benar telah menggetarkan jagat nusantara. Sebab, melalui itulah anak-anak negeri ini memiliki kejelasan tentang siapa mereka dan ke arah mana perjuangan yang mereka lakukan.
Melalui pertemuan yang bersejarah itu, mereka sama-sama menyadari bahwa mereka adalah anak-anak Indonesia yang punya tumpah darah yang satu, yaitu Tanah Air Indonesia. Oleh karena itu, tanah yang mereka pijak dan negeri yang mereka tinggali bukanlah milik Belanda, melainkan kepunyaan mereka sendiri.
Di samping itu, mereka juga menyadari, masing-masing mereka adalah bersaudara. Sebab, mereka sama-sama berasal dari bangsa yang sama, yaitu bangsa imdonesia.
Mereka pun harus bersatu. Tidak boleh berpecah belah. Ini supaya persatuan dan kesatuan di antara mereka sebagai warga bangsa bisa kuat.
Mereka juga harus mampu berkomunikasi dengan baik. Karena itu, mereka memerlukan bahasa yang sama dan bisa mempersatukan mereka. Bahasa yang mereka pilih bukanlah bahasa Jawa, Bugis, Minang, atau lainnya, melainkan bahasa Indonesia.
Jadi, ketiga sumpah yang mereka ucapkan ini benar-benar telah menjadi perekat yang kuat bagi terbangunnya persatuan dan kesatuan. Buah dari lahirnya Sumpah Pemuda ialah arah perjuangan para tokoh bangsa, baik pada masa itu maupun sesudahnya. Semakin jelas tujuannya, yaitu terwujudnya Indonesia yang merdeka, bebas dari penjajahan.
Kita melihat, setelah kongres pemuda tersebut, di mana-mana muncul tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan yang tangguh. Mereka tidak mengharapkan apa-apa dalam perjuangannya kecuali Indonesia merdeka.
Sebagai bangsa yang beragama, berakhlak, dan berbudaya, kita tidak boleh melupakan sejarah. Kita harus selalu ingat akan jasa dan perjuangan para pendahulu kita. Mereka telah berhasil meletakkan dasar-dasar yang kuat bagi terwujudnya persatuan dan kesatuan kita sebagai warga bangsa.
Sekarang, tugas kita adalah melanjutkan dan memaknai perjuangan mereka dengan mengisi kemerdekaan yang sudah kita peroleh sebaik-baiknya.
Untuk itu, masing-masing kita berbuatlah untuk bangsa dan negara ini sesuai dengan keinginan dan kemampuan. Jangan sampai merusak persatuan dan kesatuan di antara kita.
Bila persatuan dan kesatuan terusik dan terkoyak, sangat sulit bagi kita untuk mengatasinya. Untuk itu, mari kita semua saling menghormati dan menjunjung tinggi falsafah bangsa kita: Pancasila dan UUD 1945.
Sebab, dengan cara itulah kita akan dapat menjadikan semua anak bangsa di negeri ini hidup dengan aman, tenteram, damai, sejahtera dan bahagia. Semoga!
*) Dr H Anwar Abbas MM MAg atau yang akrab disapa Buya Anwar Abbas merupakan Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat. Dosen tetap Prodi Perbankan Syariah FEB UIN Syarif Hidayatullah ini juga adalah Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bidang UMKM, Pemberdayaan Masyarakat, dan Lingkungan Hidup.

18 hours ago
9





































