Atasi Kehilangan Fokus dengan Membaca

1 month ago 39

Image Mazida Izzatun Navila

Eduaksi | 2024-12-19 22:42:55

Plaform yang menjadi marak di Indonesia sejak Covid-19 pada tahun 2020 dengan hastag #stayathome ini menjadi hal yang cukup mengubah cara Masyarakat menjalani kehidupan sehari hari di tahun tahun berikutnya. Cara pandang Masyarakat dalam mengonsumsi platform digital menjadi lebih singkat dari tahun sebelumnya.

Platform Tiktok menyediakan video pendek yang membuat pengguna memperolah informasi dari singkatnya video dengan hanya menonton konten singkat. Berdurasi maksimal 3 menit dan seringkali kurang dari satu menit menjadi obat yang menarik minat banyak kalangan di dunia, terbukti dari platform media sosial yang lain mulai mengadopsi konten short tiktok seperti Youtube short, Reels dari Instagram dan Facebook tv. Algoritma platform yang terus merekomendasikan konten dengan preferensi individu pada kolom For your page atau fyp, menyebabkan pengguna terus terusan melakukan scrolling tanpa henti dan sulit untuk ditinggalkan. Hal ini menjadi issue yang cukup menarik perhatian, apakah jenis konten seperti ini mempengaruhi attention span pada manusia?

Apa itu Attention Span?

Attention span atau dalam Bahasa Indonesia adalah rentang perhatian, disebut sebagai jarak waktu seseorang dapat fokus dan menaruh perhatian pada suatu hal tanpa terganggu pada hal lainnya. Rentang perhatian yang Panjang menjadi dasar dari cara manusia berfikir, menjadi kritis, memecahkan masalah kompleks, dan mencitakan inovasi. Dalam bukunya The Shallows : What the Internet Is Doing to Our Brains, Nicholas Carr mengungkap tentang media (internet) yang kini tak terpisahkan dari manusia mempengaruhi cara kerja otak untuk memprioritaskan kecepatan dan efisiensi daripada mendalami dan mengamati secara mendalam atau kontemplasi. Hal ini relate dengan kebiasaan kita melakukan scanning daripada mebaca, multitasking daripada fokus.

Penurunan Attention Span atau Short Attention Span secara bertahap terjadi sejak sebelum dunia era digital. Fenomena ini terjadi pada sejak demokratisasi digital dan penemuan mesin cetak yang membuat ilmu pengetahuan menjadi lebih accessible untuk semua kalangan. Meskipun hal baik tetapi pada sisi lain, kemampuan untuk terlibat secara mendalam dengan teks mulai berkurang dengan potongan informasi cetak, dan Terjadinya reformasi ilmiah. Pada abad 20, kemuncuan radio televsi memberikan suatu hiburan yang menghentikan diskusi mendalam pada potongan informasi dan tontonan. Semakin diperparah pada kemunculan Internet. Attention span semakin memendek dikarenakan media lebih mengutamakan kecepatan dan ringkasan suatu informasi. Banjir konten tanpa henti di media sosial dirancang agar pengguna terasa terlibat pada konten tetapi akan segera berpindah ke konten lainnya.

Contohnya, Ketika kita melakukan scrolling pada sosial media fyp, dalam satu waktu kita menerima berbagai jenis informasi dari global warming, meme politics, Kisah pribadi random person on fyp, Iklan skincare exfoliating, hingga foto liburan teman lama. Semua informasi itu kita serap sebatas headline, kita bahkan tidak melakukan riset lagi terkait politics apa yang sedang bermasalah, bagaimana sikap yang harus diambil dalam pemanasan global, hingga cara menemukan ingredients skincare yang akan kita gunakan.

Pengaruh Tiktok pada menurunnya ATTENTION SPAN

Adanya tiktok dengan fitur video pendek, mengandung informasi dan lagu lagu candu Proses ini merangsang otak dengan lonjakan dopamin, menjadikan pengguna semakin kecanduan untuk terus menggulir layar (scrolling). Kebiasaan untuk scrolling menyebabkan tubuh terbiasa dengan asupan video pendek. pola konsumsi konten ini memiliki dampak jangka panjang pada kemampuan otak untuk fokus.

Kemampuan fokus memendek sehingga berpengaruh pada bagaimana seseorang menangkap dan memproses informasi. pengguna cenderung lebih sering membaca atau menonton secara sekilas tanpa memikirkan isi atau implikasinya. Rentang perhatian yang semakin pendek ini berimbas tidak hanya pada pendidikan dan pekerjaan, tetapi juga pada cara masyarakat berinteraksi dengan isu-isu sosial yang kompleks. Hal ini berimbas pada bagaimana kehidupan sosial manusia terbentuk, sikap pada suatu kebijakan, FOMO, procrastination atau suka menunda, dan mudahnya Hoaks dan konten missinformasi yang diterima mentah mentah oleh pengguna

Hadapi short attention span dengan membaca

Kita bisa menghancurkan diri kita bahkan generasi selanjutnya jika terus terusan seperti ini. Meskipun begitu, bukan berarti kita tidak bisa memperbaiki ini.

Permasalahannya adalah, kita punya short attention span dan fokus yang kurang, maka jalan terbaik untuk itu adalah untuk melatih Kembali fokus kita. Tetapi tentunya itu tidak mudah. Apalagi jika kita baru saja mulai melakukannya. Yang bisa dilakukan meliputi meditasi, journaling dan banyak lagi kegiatan diluar sana.

Cheat code untuk melatih fokus ini adalah setiap hari dan konsisten dalam MEMBACA, kita harus melakukan ini dari awal yang paling mudah. Kenapa membaca? Membaca menjauhkan kita dari layar HP dan tetap menambahkan pengetahuan baru yang masuk pada otak kita. Dalam memulainya kita bisa melakukan sehari sekali, just do it meskipun hanya satu kalimat.

Mulai membaca sebelum scrolling, dan membaca lagi setelah scrolling. Tipuan otak ini akan membuat kamu berfikir bahwa sebenarnya dopamine yang kalian dapat adalah dari membaca. Dan yang terakhir, Pastikan untuk selalu konsisten.

Perlu kesadaran diri yang besar dalam prosesnya. Kamu hanya perlu aware, konsisten dan mengganti kebiasaan buruk dengan kebiasaan baik, just do it and time will take over the rest

TikTok, dengan semua daya tariknya, bukanlah musuh yang harus dilawan, tetapi alat yang perlu digunakan secara bijak. Rentang perhatian yang pendek bukanlah takdir, melainkan tantangan yang harus diatasi, Kita gunakan platform tersebut tanpa mengorbankan kemampuan berfikir kita.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |