Oleh: Israr Itah, wartawan Republika.co.id
REPUBLIKA.CO.ID, Timnas Australia dipastikan tanpa sejumlah pemain inti yang cedera atau sosok yang sebelumnya jadi andalan tapi tidak dipanggil oleh pelatih Tony Popovich untuk menghadapi Indonesia pada laga kualifikasi Piala Dunia 2026 di Sydney, Kamis (20/3/2025). Dua yang menjadi sorotan netizen Australia adalah Harry Souttar dan Nestory Irankunda.
Untuk nama pertama, tak ada kegaduhan. Hanya ada penyesalan karena sang bek berpostur 198 cm ini menderita cedera Achilles yang membuatnya menepi hingga akhir tahun ini.
Souttar adalah satu pilar penting bagi Australia. Meski tak gesit, ia mampu memaksimalkan keunggulan postur dan piawai menempatkan posisi mengadang penyerang lawan. Ia sulit dilewati, tapi terutama selalu unggul dalam bola-bola atas.
Di sisi lain, atribut ini juga berguna saat Australia menyerang. Souttar kerap maju menyambut sepak pojok atau tendangan bebas. Gol atau assist datang darinya. Paling minim, penjagaan ganda untuknya dari lawan membuat rekannya bisa lebih bebas menyambut bola dari situasi bola mati.
Indonesia pernah merasakan dibobol oleh Souttar pada pertandingan Piala Asia tahun lalu. Ketika Australia mencukur Indonesia 4-0, salah satu gol Socceroos datang dari Souttar.
Souttar mengancam lagi ketika Indonesia menjamu Australia di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan pada September lalu. Setiap situasi bola mati untuk Australia di daerah Indonesia, Souttar memaksa Rizky Ridho dkk bekerja keras. Satu tendangan akuratnya dari serangan Australia berhasil dimentahkan kiper Marten Paes. Sementara saat bertahan, satu akselerasi Ragnar Oratmangoen yang mungkin bisa berbuah gol berhasil dihentikannya.
Catatan Australia tanpa Souttar tak begitu mengesankan. Dari 11 laga tanpa bek Leicester City ini, Australia menang enam kali, dua kali imbang, dan tiga kali kalah.
Bagaimana dengan Irankunda? Inilah yang pekan lalu menjadi polemik di Asutralia. Sosok yang oleh sejumlah pundit setempat serta netizen Australia dianggap bisa membantu Socceroos, justru tak dipanggil Popovich.
Sebelumnya, ia absen dalam dua pertandingan Australia di putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 pada November 2024. Padahal, remaja 19 tahun ini cukup menjanjikan bersama Grasshoppers sejak dipinjamkan pada Januari 2025. Ia menjadi pilihan utama dalam sembilan laga dan menyumbang tiga assist.
Peran Irankunda sangat unik ketika melawan Indonesia. Ia menjadi opsi pertama dalam serangan balik. Kegesitannya menjadi alasan utama pelatih Australia saat itu Graham Arnold memasangnya.
Pada babak pertama melawan Indonesia, Irankunda mendapatkan peluang emas dari umpan silang setelah ia terlepas dari penjagaan. Namun, Irankunda gagal menuntaskannya.
Sedangkan satu tendangan kerasnya dari sisi kiri pertahanan Indonesia hanya mengenai tiang dan gagal berbuah gol. Ia membuat bek kiri Indonesia Calvin Verdonk bekerja keras sepanjang malam.
Namun ada tugas bertahan yang penting dan dijalankannya dengan baik saat melawan Indonesia. Ini bisa terlihat jika Australia mendapatkan bola mati di wilayah pertahanan Indonesia, baik tendangan bebas ataupun sepak pojok.
Irankunda tidak berada di area penalti saat Socceroos mengeksekusi bola mati. Ia selalu berdiri sedikit di luar kotak 16. Ternyata, selain diharapkan membantu mencetak gol, Irankunda juga punya tugas membantu meredam serangan timnas Indonesia.
Irankunda menjadi orang pertama yang bertugas menghentikan pemain Indonesia yang mendapatkan bola untuk melancarkan serangan balik. Kita bisa melihatnya dengan jelas jika hadir di Stadion Utama Gelora Bung Karno pada laga itu.
Saat masih dipegang pelatih Shin Tae-yong, skuad Garuda disegani karena serangan baliknya. Timnas Indonesia punya Marselino Ferdinan, Ragnar Oratmangoen, dan Verdonk yang siap menerima operan outlet untuk berlari dari sisi lapangan. Arnold tak mau ambil risiko gawangnya kebobolan dari serangan balik.
Di sini, Irankunda bertugas mencegah jangan sampai ada outlet pass berhasil dilepaskan para pemain Indonesia ke kedua sisi ketika Australia kehilangan bola. Tugas defensive stop yang diemban Irankunda ini baru terlihat nyata pada menit ke-36. Ketika itu dari situasi bola mati, Indonesia berhasil merebut bola. Rafael Struick mencoba melancarkan serangan balik.
Dari awal sprint, Rafael unggul satu setengah langkah dari Irankunda. Sayangnya, Rafael tak segera mengirimkan bola ke sisi samping lapangan, entah karena belum melihat rekannya berlari atau sudut mengoper yang sulit. Alhasil, Irankunda berhasil melakukan ball recovery, memutus bahaya yang mungkin mengancam pertahanan Australia.
Ketika Australia sudah bisa mendominasi permainan dan Indonesia lebih banyak bertahan, Irankunda ditarik pada menit ke-59 oleh Arnold dan digantikan Awer Mabil. Namun kehadirannya tetap tak membantu Australia mencetak gol pada laga yang berakhir 0-0.
Tanpa Souttar dan Irankunda, Australia sudah kehilangan dua senjata berbahaya di lini serang dan peredam lawan yang ulet saat bertahan.
Apakah Indonesia bisa mengkapitalisasi absennya dua pemain ini belum bisa dipastikan. Sebab, pelatih kedua tim kini berbeda. Tak ada Arnold di sisi lapangan Australia, tak ada juga Shin Tae-yong mendampingi Indonesia. Bersama Popovich, Australia hanya menang sekali dan tiga lainnya imbang. Posisi Irankunda digantikan pemain Middlesbrough, Riley Patrick McGree, di sisi sayap dari empat laga itu. McGree pemain bagus, tapi dari sisi kecepatan masih kalah dengan Irankunda.
Menarik dinanti ramuan Popovich meredam permainan timnas Indonesia. Entah bagaimana cara bermain Struick dkk nanti. Apakah masih mengandalkan serangan balik atau berani meladeni tuan rumah selama 90 menit, baru akan terjawab di Sydney pada Kamis nanti. Tak ada yang tahu seperti apa gaya yang diusung tim Garuda karena ini laga debut pelatih Patrick Kluivert bersama timnas Indonesia.
Yang pasti, kita semua berharap timnas Indonesia bisa membawa pulang angka ke Jakarta. Kalau tak bisa tiga, satu pun sepertinya tak mengapa.