WASHINGTON – Presiden Donald Trump mengumumkan pada Rabu bahwa AS akan mengenakan tarif sebesar 50 persen pada semua impor dari Brazil. Tarif ini ia layangkan dengan alasan mendukung pembebasan Jair Bolsonaro, politikus sayap kanan Brasil yang pro-Israel dan saat ini ditahan terkait upaya kudeta dan pembunuhan presiden.
Tarif itu juga dikenakan setelah perselisihan Trump dengan Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva pekan ini. Di sela KTT BRICS, Lula menyebut Trump sebagai “kaisar” yang tak diinginkan. Balasan sejalan dengan sikap bersama negara-negara anggota BRICS yang mengecam tindakan Trump menggunakan tarif impor sebagai alat penekan.
Kelompok BRICS tahun lalu berkembang melampaui Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan hingga mencakup anggota seperti Iran dan Indonesia. Para pemimpin di KTT di Rio de Janeiro menyuarakan kritik tidak langsung terhadap kebijakan militer dan perdagangan AS.
Dalam surat pengumuman yang dilansir Reuters, Trump mengaitkan pengenaan tarif tersebut dengan perlakuan Brasil terhadap mantan presiden Jair Bolsonaro, yang diadili atas tuduhan merencanakan kudeta untuk menghentikan Lula menjabat pada pada 2023.
Tarif baru tersebut diberlakukan “sebagian karena serangan berbahaya Brasil terhadap Pemilihan Umum yang Bebas, dan Hak Kebebasan Berbicara yang mendasar bagi orang Amerika,” kata surat itu. Surat Trump menyebutkan tarif 50 persen akan dimulai pada 1 Agustus dan akan terpisah dari semua tarif sektoral.
Bolsonaro, seorang politikus sayap kanan, dinilai lebih sejalan dengan Trump ketimbang Lula. Bolsonaro juga, seperti Trump, adalah pendukung setia Israel. Selama kampanyenya dalam Pilpres Brasil 2022 melawan Lula, ia kerap mengibarkan bendera Israel. Ia kalah dalam pemilu yang disebut oleh pemerintahan AS di bawah Joe Biden sebagai pemilu yang "bebas dan adil".
Pendukung Bolsonaro kemudian menyerbu Kongres dan Mahkamah Agung Brasil pada 8 Januari 2023, lebih dari 1.400 orang didakwa atas dugaan peran mereka dalam kerusuhan tersebut. Pada 21 November 2024, Polisi Federal secara resmi menuduh Bolsonaro dan 36 orangnya melakukan upaya menggulingkan lembaga demokrasi Brasil, termasuk rencana pembunuhan Lula da Silva. Pada Februari 2024, sebelum ditangkap terkait upaya kudeta, ia melambaikan bendera Israel saat memimpin unjuk rasa terhadap pemerintahan Lula.
Sebaliknya, Lula telah membandingkan serangan Israel di Gaza dengan Holocaust. Lula juga memimpin KTT BRICS mengeluarkan pernyataan dukungan yang kuat terhadap nasib bangsa Palestina. Lula bersama Presiden RI Prabowo Subianto kompak mendukung perjuangan Palestina menjadi anggota penuh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Hanya dengan cara itu Palestina punya posisi yang setara dengan Israel untuk mewujudkan solusi dua negara.
Palestina saat ini masih menyandang status sebagai negara non-anggota pengamat permanen, meskipun mayoritas negara anggota pada Sidang Majelis Umum PBB pada 10 Mei 2024 setuju Palestina menjadi anggota penuh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sementara itu, Israel telah menjadi anggota penuh PBB sejak 11 Mei 1949.
"Pengakuan terhadap negara Palestina, dan menjadikannya sebagai anggota penuh PBB untuk memastikan posisi setara yang dibutuhkan demi mewujudkan solusi dua negara," kata Presiden Lula saat menyampaikan pernyataan pers bersama dengan Presiden Prabowo di Istana Planalto, Brasilia, Rabu (9/7/2025) siang waktu setempat.
Presiden Lula juga menekankan Indonesia dan Brasil tidak pernah lelah untuk mengecam kekejian Israel terhadap rakyat Palestina di Gaza. "Kami tidak pernah takut untuk menunjuk mereka-mereka yang hipokrit karena memilih diam saat menyaksikan pelanggaran terang-terangan dilakukan," ujar Lula.