REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pemerintah kembali bersiap menggelar Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2025, meneguhkan komitmen Indonesia dalam mendorong kolaborasi global dan mempercepat transisi menuju ekonomi hijau, inklusif, dan berkelanjutan. Tahun ini, ISF diselenggarakan oleh Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Kemenko Infra), serta Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia.
Dalam dua tahun pelaksanaannya, ISF telah memfasilitasi ruang dialog strategis antara para tokoh dunia, termasuk Perdana Menteri Papua Nugini, Presiden Bank Dunia Ajay Banga, Managing Director IMF Kristalina Georgieva, hingga Founder Systemiq Jeremy Oppenheim. Ribuan peserta hadir setiap tahun, mengukuhkan Indonesia sebagai pemain penting di kawasan sekaligus mitra strategis investasi berkelanjutan.
Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Nurul Ichwan, menekankan peran strategis ISF 2025 dalam memperkuat posisi Indonesia sebagai destinasi investasi global yang membuka lapangan kerja berkelanjutan serta mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif.
“Penyelenggaraan ISF 2025 ini sejalan dengan target pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Indonesia Vision 2045,” ujar Nurul dalam Kickoff Meeting and Media Briefing ISF 2025 di kantor Kementerian Investasi/BKPM, Jakarta, Rabu (13/8/2025).
ISF 2025 akan digelar pada 10–11 Oktober 2025 di Jakarta International Convention Center (JICC), Jakarta. Memasuki tahun ketiga, forum ini mengusung tema Investing for a Resilient, Sustainable, and Prosperous World serta mengangkat sepuluh isu utama pembangunan berkelanjutan, mulai dari ketahanan pangan dan air, transportasi berkelanjutan, bioenergi, hilirisasi mineral berkelanjutan, hingga penguatan SDM di era kecerdasan buatan.
“ISF 2025 bertujuan mempertemukan key actors dari dalam dan luar negeri. Kegiatan akan dikemas dalam diskusi pleno, dialog tematik, sesi roundtable, dan pameran proyek Investment Project Ready to Offer (IPRO) yang mengedepankan prinsip ESG dari Indonesia,” kata Nurul.
Forum ini ditargetkan menghasilkan capaian konkret seperti penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara pemerintah dan pelaku usaha, peluncuran inisiatif keberlanjutan dengan rencana aksi nyata, serta publikasi yang memperkuat agenda ekonomi berkelanjutan di negara-negara Global South. Lebih dari 100 pelaku usaha nasional dan internasional akan berinteraksi untuk menjajaki peluang investasi lintas sektor.
Pendaftaran ISF 2025 dibuka sejak 4 Agustus dan akan ditutup pada 30 September 2025 melalui laman resmi www.indonesiasustainabilityforum.co.id.
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Dasar Kemenko Infra, Rachmat Kaimuddin, menegaskan kesiapan pemerintah mempercepat pengembangan infrastruktur berkelanjutan sebagai landasan transisi ekonomi hijau. “Indonesia hari ini mengumumkan peluncuran ISF 2025, sebuah acara unggulan untuk pertumbuhan berkelanjutan dengan fokus pada negara-negara berkembang,” ujarnya.
Rachmat mengatakan ISF mengedepankan pengalaman Indonesia dalam menangani isu global termasuk krisis iklim, serta keberhasilan menyelenggarakan pertemuan berskala besar seperti Pertemuan Tahunan Bank Dunia 2018, G20 pada 2022, dan KTT ASEAN pada 2023.
Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Pembangunan Manusia, Kebudayaan, dan Pembangunan Berkelanjutan Kadin Indonesia, Shinta Kamdani, menyampaikan komitmen Kadin menjadi mitra strategis pemerintah dalam mendorong investasi hijau dan biru. Dengan potensi green investment Indonesia yang diproyeksikan melampaui 200 miliar dolar AS hingga 2030, kolaborasi lintas sektor menjadi kunci.
“Ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja hijau, penguatan daya saing daerah, serta mengukuhkan posisi Indonesia dalam transisi ekonomi rendah karbon,” kata Shinta.