Israel Bombardir Beirut, Khianati Gencatan Senjata

3 days ago 15

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT – Israel pada Jumat melancarkan serangan ke ibu kota Lebanon, Beirut. Serangan ini adalah pelanggaran kesekian kalinya sejak gencatan senjata mengakhiri perang terbaru Israel-Hizbullah pada bulan November.

Wartawan Associated Press di Beirut mendengar ledakan keras dan menyaksikan asap membubung dari suatu daerah di pinggiran selatan kota yang telah berjanji akan diserang oleh militer Israel.

Dua orang juga terluka dalam serangan Israel di kota Beit Yahoun, di Lebanon selatan, demikian diumumkan Pusat Operasi Darurat Kesehatan Masyarakat, yang berafiliasi dengan Kementerian Kesehatan Masyarakat. Israel telah berulang kali menyerang Lebanon dalam beberapa hari terakhir, termasuk dengan menyerang pinggiran kota Beirut kemarin.

Serangan ini menandai serangan pertama Israel di Beirut sejak gencatan senjata antara Israel dan kelompok Hizbullah ditandatangani November lalu, meskipun Israel telah menyerang sasaran di Lebanon selatan hampir setiap hari sejak saat itu.

Tentara Israel mengatakan pihaknya menyerang fasilitas penyimpanan drone Hizbullah di Dahiyeh, yang disebutnya sebagai benteng militan. Serangan itu terjadi setelah Israel, yang menuduh Hizbullah menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia, memperingatkan warga untuk mengungsi dari daerah tersebut.

Kawasan yang terkena dampak merupakan kawasan perumahan dan komersial serta dekat dengan setidaknya dua sekolah.

Para pejabat Israel mengatakan serangan itu merupakan pembalasan atas roket yang ditembakkan dari Lebanon ke Israel utara. Mereka berjanji serangan terhadap Beirut akan terus berlanjut kecuali pemerintah Lebanon berupaya memastikan serangan tersebut berhenti.

“Kami tidak akan membiarkan penembakan terhadap komunitas kami, bahkan sedikit pun,” kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. “Kami akan menyerang di mana pun di Lebanon, melawan segala ancaman terhadap Negara Israel.”

David Wood dari International Crisis Group mengatakan serangan itu menimbulkan rasa takut di kalangan masyarakat Beirut, namun mereka juga bersiap. “Ini adalah kenyataan yang disayangkan dalam beberapa bulan terakhir di Lebanon dan masyarakat sudah cukup siap,” katanya.

Analis tersebut, yang berbicara dari ibu kota Lebanon, mengatakan masyarakat khawatir, namun tidak ada kepanikan yang meluas. Wood menekankan bahwa kekuasaan dan pengaruh terhadap keputusan pemerintahan Netanyahu terletak di Washington.

“Tetapi, tentu saja, ini merupakan prioritas mendesak bagi seluruh anggota komunitas internasional yang memiliki hubungan diplomatik dengan Lebanon dan Israel untuk mendorong kedua belah pihak menerapkan perjanjian gencatan senjata,” katanya.

“Jika Israel ingin gencatan senjata berhasil, Israel harus memberikan kesempatan kepada pihak Lebanon untuk [menjunjung] sisi gencatan senjatanya,” tambah Wood. Wood mengatakan Israel tidak memberikan kesempatan kepada Lebanon untuk menyelidiki roket yang ditembakkan pagi ini dengan serangan cepat.

Hizbullah membantah menembakkan roket tersebut, dan menuduh Israel mencari alasan untuk terus menyerang Lebanon. Ketua blok parlemen Hizbullah, Mohammed Raad, menyerukan persatuan nasional yang lebih kuat dan sikap yang lebih tegas dalam menghadapi “agresi” Israel, dan meminta pemerintah Lebanon untuk mengambil “langkah praktis” untuk menghentikan serangan terhadap negara tersebut.

Raad mengatakan Hizbullah tidak melanggar gencatan senjata dan negara “harus memenuhi tugasnya untuk menghalangi musuh”. Pemerintah tidak memiliki “otoritas eksklusif” atas keputusan yang berkaitan dengan perang, katanya, seraya menambahkan bahwa pemerintah tidak mampu membela Lebanon sendirian. “Siapa pun yang menganggap perlawanan hanya masa lalu adalah kesalahan,” katanya.

Pemerintah Lebanon memerintahkan semua sekolah dan universitas di Hadath, pinggiran selatan Beirut, ditutup pada hari itu. Warga terlihat meninggalkan daerah tersebut dengan mobil dan berjalan kaki menjelang pemogokan.

Hizbullah mulai meluncurkan roket, drone, dan rudal ke Israel sehari setelah serangan pada 7 Oktober 2023 di Israel selatan oleh sekutu Hamas yang memicu perang di Gaza. Militan Palestina membunuh sekitar 1.200 orang di Israel dan menculik 251 lainnya selama serangan tahun 2023.

Konflik Israel-Hizbullah meledak menjadi perang habis-habisan pada September lalu ketika Israel melancarkan gelombang serangan udara dan menewaskan sebagian besar pemimpin senior kelompok militan tersebut. Pertempuran tersebut menewaskan lebih dari 4.000 orang di Lebanon dan membuat sekitar 60.000 warga Israel mengungsi.

Berdasarkan gencatan senjata, pasukan Israel seharusnya menarik diri dari seluruh wilayah Lebanon pada akhir Januari. Batas waktu diperpanjang hingga 18 Februari, namun Israel tetap berada di lima lokasi perbatasan sambil melakukan puluhan serangan terhadap apa yang dikatakannya sebagai sasaran Hizbullah di Lebanon selatan dan timur. Pekan lalu, serangan udara Israel di beberapa lokasi di Lebanon menewaskan enam orang.

sumber : Associated Press

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |