REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alquran memuat kisah orang-orang terdahulu untuk menjadi pelajaran bagi umat Nabi Muhammad SAW. Di antaranya adalah yang berkaitan dengan kaum 'Ad.
Kepada mereka, Allah SWT mengutus Nabi Hud AS. Ketika itu kaum 'Ad sudah lama terjerumus dalam kesesatan walaupun secara materiel mereka hidup dalam kemewahan dan kejayaan.
Kaum yang menyembah berhala ini menetap di bagian selatan Semenanjung Arab, kini dikenal sebagai Yaman. Tanah yang subur dan perdagangan yang sukses membuat negeri mereka kaya raya. Alih-alih taat kepada Allah dan bersyukur, mereka justru menjadi sombong dan menolak seruan kebenaran.
Nabi Hud mengingatkan mereka agar segera kembali kepada tauhid, sebagaimana yang diajarkan Nabi Nuh AS. Namun, kaum 'Ad menolak seruan cucu Nabi Nuh AS itu mentah-mentah.
Upaya keras Nabi Hud AS dalam berdakwah diabadikan Allah SWT dalam Alquran surah Hud ayat ke-50 hingga 52.
وَاِلٰى عَادٍ اَخَاهُمۡ هُوۡدًا ؕ قَالَ يٰقَوۡمِ اعۡبُدُوا اللّٰهَ مَا لَـكُمۡ مِّنۡ اِلٰهٍ غَيۡرُهٗ ؕ اِنۡ اَنۡتُمۡ اِلَّا مُفۡتَرُوۡنَ
"Dan kepada kaum ‘Ad (Kami utus) saudara mereka, Hud. Dia berkata, 'Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada tuhan bagimu selain Dia. (Selama ini) kamu hanyalah mengada-ada'" (QS Hud: 50).
Upaya keras Nabi Hud AS dalam berdakwah juga diabadikan oleh Allah dalam surah asy-Syu’ara ayat 128-135. Artinya, "Apakah kamu mendirikan istana-istana pada setiap tanah yang tinggi untuk kemegahan tanpa ditempati? Dan kamu membuat benteng-benteng dengan harapan kamu hidup kekal? Dan apabila kamu menyiksa maka kamu lakukan secara kejam dan bengis. Maka bertakwalah kepada Alah dan taatlah kepadaku" (QS asy-Syu’ara: 128-135).
Dalam kitab tafsir karya Ibnu Katsir, disebutkan bahwa kaum ‘Ad benar-benar tidak mau beriman. Mereka tidak mau berhenti berbuat durhaka dan jahat serta apa saja yang mereka kehendaki. Sifat takabur itu sudah demikian hebatnya, bahkan penduduk negeri ini menyuruh Nabi Hud agar mendatangkan azab Allah kepada mereka.
Allah kemudian menimpakan murka-Nya kepada mereka.
Hukuman ini dimulai dengan musim kemarau panjang yang amat menyiksa. Tanah mengering. Sumur-sumur tak lagi bisa mengalirkan air. Tanaman mati sehingga panen gagal total.
Dalam kondisi demikian, kaum 'Ad masih saja menyombongkan diri. Mereka menolak beriman kepada Allah dan menaati Nabi Hud.
Hingga kemudian, datanglah awan gelap yang menggantung di langit. Kaum 'Ad bersorak gembira karena mengira inilah tanda berakhirnya musim kemarau yang panjang.
فَلَمَّا رَاَوۡهُ عَارِضًا مُّسۡتَقۡبِلَ اَوۡدِيَتِهِمۡ ۙ قَالُوۡا هٰذَا عَارِضٌ مُّمۡطِرُنَا ؕ بَلۡ هُوَ مَا اسۡتَعۡجَلۡتُمۡ بِهٖ ۚ رِيۡحٌ فِيۡهَا عَذَابٌ اَ لِيۡمٌۙ
تُدَمِّرُ كُلَّ شَىۡءٍ ۭ بِاَمۡرِ رَبِّهَا فَاَصۡبَحُوۡا لَا يُرٰٓى اِلَّا مَسٰكِنُهُمۡؕ كَذٰلِكَ نَجۡزِى الۡقَوۡمَ الۡمُجۡرِمِيۡنَ
"Maka ketika mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, mereka berkata, 'Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kita.' (Bukan!) Tetapi itulah azab yang kamu minta agar disegerakan datangnya (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih, yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, sehingga mereka (kaum ‘Ad) menjadi tidak tampak lagi (di bumi) kecuali hanya (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa" (QS al-Aḥqaf: 24-25).