REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — PT Bank OCBC NISP Tbk (OCBC) mencatat rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) hanya 0,7 persen pada kuartal I 2025. Angka ini mencerminkan pengelolaan risiko yang sangat ketat, di tengah gejolak ekonomi nasional maupun global.
"So very very small, di quarter I NPL kita 0,7 persen,” kata Executive Director, Marketing Communication Division Head OCBC, Amir Widjaya dalam Media Chit-Chat OCBC, Kamis (15/5/2025).
Amir menjelaskan, salah satu faktor utama rendahnya NPL adalah kontribusi dari segmen nasabah premium, khususnya pengguna kartu kredit OCBC Voyage. Ia menyebut, risiko kredit dari kelompok ini sangat rendah karena kesadaran mereka terhadap reputasi keuangan.
"NPL untuk kartu kredit premium tentu sangat kecil, hampir tidak ada,” jelas Amir.
"Nasabah premium tidak main-main dengan reputasi keuangan mereka. Mereka tahu pentingnya menjaga credit score. Kalau sampai ada ‘data biru’ di laporan BI Checking, itu akan berdampak ke seluruh portofolio keuangan mereka,” lanjutnya.
Ia juga mengingatkan rendahnya pemahaman generasi muda soal skor kredit. Banyak di antara mereka belum memahami bahwa kelalaian membayar tagihan bisa merusak profil keuangan dalam jangka panjang.
"Beberapa kasus menunjukkan anak-anak muda bisa merusak profil keuangan mereka karena kurang paham soal NPL dan dampaknya,” ujar Amir.
Sebelumnya, Presiden Direktur OCBC, Parwati Surjaudaja mengatakan, strategi pertumbuhan bank tetap fokus pada kualitas dan manajemen risiko, bukan semata-mata ekspansi agresif. "Pertumbuhan positif di kuartal pertama tahun ini mencerminkan strategi kami yang fokus pada pertumbuhan berkualitas. Meskipun di awal tahun ini masih diwarnai dengan dinamika kondisi makroekonomi global, pertumbuhan bank yang solid ini mencerminkan kepercayaan nasabah terhadap bank yang tetap terjaga,” kata Parwati beberapa waktu lalu.
OCBC mencatat laba bersih sebesar Rp1,29 triliun, tumbuh 11 persen secara tahunan (YoY). Total pendapatan operasional meningkat 13 persen YoY menjadi Rp3,2 triliun. Dari sisi likuiditas, OCBC mencatat Liquidity Coverage Ratio (LCR) sebesar 259 persen, jauh di atas ambang batas ketentuan regulator.
Kredit konsumer tumbuh 16 persen dan pembiayaan sektor bisnis naik 10 persen YoY. Pembiayaan berkelanjutan juga mencatatkan pertumbuhan 4 persen YoY atau senilai Rp1,3 triliun, dengan 45 persen di antaranya berbasis sustainability-linked loan dan green financing.
Di tengah kinerja positif tersebut, OCBC juga mengembangkan layanan premium melalui Kartu Kredit OCBC Voyage yang menyasar segmen nasabah mapan. “Alasan mereka menggunakan Voyage bukan semata privilege, tapi bagaimana kami bantu mereka menciptakan golden moment. Kami paham pada saat seseorang menikmati golden moment, yang dibutuhkan bukan lagi soal net worth, tetapi moment worth,” ungkap Amir.
OCBC Voyage merupakan kartu kredit premium berbahan metal pertama di Indonesia sejak 2017, dengan desain elegan dan berbagai fasilitas gaya hidup eksklusif. Mulai 26 Mei 2025, Voyage Miles yang dikumpulkan nasabah dapat ditukar dengan Poinseru, termasuk iPhone 16 sebanyak-banyaknya.
“Kita tahu setiap orang punya gaya hidup dan kebutuhan yang berbeda. Dengan sistem yang fleksibel ini, nasabah bisa memaksimalkan rewards sesuai preferensi mereka,” tambah Amir.
Selain itu, nasabah mendapatkan akses ke lebih dari 1.300 airport lounge di 137 negara, layanan Voyage Concierge 24/7, serta bonus hingga 105.000 Voyage Miles per bulan.
Kinerja kuat, risiko kredit rendah, dan loyalitas nasabah premium menjadi fondasi OCBC dalam menjaga pertumbuhan berkualitas di tengah ketidakpastian global.