Surplus Dagang Kokohkan Industri Pelayaran Indonesia

4 hours ago 5

Home > Kebijakan Wednesday, 23 Apr 2025, 15:30 WIB

Keseimbangan antara ekspansi kapasitas, efisiensi, dan keberlanjutan jadi kunci

Republika/ PrayogiPelayaran Indonesia terbantu surplus perdagangan di tengah perang dagang AS-Tiongkok. Sumber:Republika/ Prayogi

ShippingCargo.co.id, Jakarta — Industri pelayaran dan logistik maritim Indonesia terus merasakan dampak positif dari capaian surplus dagang yang kini memasuki bulan ke-59 secara berturut-turut. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus perdagangan Maret 2025 mencapai USD 4,33 miliar, meningkat 39,7% dibandingkan bulan sebelumnya, berkat ekspor nonmigas seperti nikel, baja, dan mesin listrik. Capaian ini menegaskan pentingnya peran infrastruktur pelabuhan dalam menjaga posisi Indonesia dalam rantai pasok global.

Menurut BPS, sektor nonmigas menyumbang surplus USD 6 miliar, sementara defisit migas menyempit menjadi USD 1,67 miliar. Tiga negara tujuan utama—Tiongkok, Amerika Serikat, dan India—tetap mengandalkan koridor maritim Indonesia untuk pasokan bahan baku dan barang manufaktur. Bank Indonesia menyatakan bahwa surplus ini memperkuat ketahanan ekonomi eksternal, dengan logistik laut sebagai tulang punggung pelaksanaan ekspor-impor.

Surplus ini memperpanjang rekor sejak Mei 2020. Per Republika, pelabuhan utama seperti Tanjung Priok (Jakarta), Tanjung Perak (Surabaya), dan Bitung (Sulawesi Utara) mencatat lonjakan aktivitas, khususnya untuk ekspor nikel dari kawasan pertambangan Sulawesi. Pelabuhan-pelabuhan tersebut menjadi simpul vital dalam program Tol Laut untuk menyambungkan lebih dari 17.000 pulau Indonesia ke pasar internasional.

Meningkatnya permintaan global atas sumber daya energi hijau, terutama nikel untuk baterai kendaraan listrik, mendorong ekspansi kapasitas perusahaan logistik laut. Pemerintah juga terus menggencarkan proyek modernisasi pelabuhan untuk memangkas waktu bongkar muat. “Keandalan pengiriman adalah kunci daya saing ekspor,” ujar Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti.

Bank Indonesia melalui Direktur Komunikasi Ramdan Denny Prakoso menambahkan, sinergi kebijakan fiskal dan digitalisasi kepabeanan menjadi landasan agar Indonesia tetap diminati mitra dagang global.

Capaian surplus ini turut menarik investasi baru di sektor pelayaran. Pelindo mencatat pertumbuhan throughput kontainer sebesar 15% di kuartal I 2025, sementara perusahaan swasta seperti Samudera Indonesia memperluas armadanya untuk melayani rute Eropa dan Asia. Meski demikian, tantangan tetap ada, termasuk kepadatan pelabuhan serta tuntutan global akan praktik pelayaran ramah lingkungan.

Image

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |