Al-Quran dan Penciptaan Manusia

17 hours ago 5

Image Ghazi Yazid

Agama | 2025-08-13 10:12:46

Selain wahyu, Al-Qur’an merupakan pedoman seorang muslim dalam kehidupannya, baik untuk kebutuhan spiritual, medis, maupun akademik. Sebagai sumber ilmu, Al-Qur’an merupakan dokumentasi yang menyimpan sejarah kemunculan dan manusia di muka bumi. Melalui ayat-ayatnya, kita suci ini menggambarkan asal-usul manusia dari tanah, transformasinya melalui beberapa tahap penciptaan, hingga perkembangan peradaban mereka. Tulisan ini berupaya menggali bagaimana Al-Qur’an merekam sejarah manusia dan relevansinya dalam dialog antara ilmu pengetahuan dan wahyu.

1. Manusia : Dari Tanah hingga Menjadi Jiwa

Al-Qur’an menjelaskan dengan rinci proses penciptaan manusia dari “saripati tanah”, kemudian berubah menjadi setetes air mani, dan seterusnya. Model penciptaan ini bukan semata simbol, tetapi juga sarat akan nilai filosofi dan dapat dijelaskan secara biologis. Dalam Tafsir Al-Mishbah, Quraish Shihab menyatakan Al-Qur’an sebagai petunjuk yang serasi secara mendalam dengan kehidupan nyata masyarakat kontemporer. Tafsir tersebut memperkuat narasi penciptaan manusia dalam Al-Qur’an memiliki makna spiritual, moral, sekaligus ilmiah.

2. Embriologi dalam Al-Qur’an dan Penafsiran Ilmiah

Surat Al-Mu’minun (23) : 12-14 secara jelas menggambarkan urutan penciptaan manusia ; “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati (yang berasal) dari tanah, kemudian Kami menjadikannya nutfah (air) pada tempat yang kokoh, lalu Kami menjadikan nutfah itu alaqah (segumpal darah), lalu alaqah itu menjadi mudghah (segumpal daging), lalu Kami menjadikan mudghah itu tulang belulang dan tulang-tulang itu Kami bungkus dengan daging, kemudian Kami menjadikannya mahluk yang (berbentuk) lain.

Penelitian kontemporer dari berbagai jurnal memperkuat penjelasan tersebut dengan pendekatan ilmiah ;

· Studi dari Journal of Islamic and Muhammadiyah Studies membagi penciptaan manusia menurut Al-Qur’an ke dalam empat model, termasuk penciptaan manusia umum yang terintegrasi dengan sains modern menggunakan ayat di atas sebagai rujukan utama.

· Artikel di Journal of Islam and Science (2010) menggunakan pendekatan alitis untuk membandingkan konsep embriologi Al-Qur’an dan embriologi modern, menunjukkan keselerasan yang memperkuat sikap terbuka terhadap integrasi ilmu.

· Penelitian lain menyimpulkan bahwa urutan tahapan yang dijelaskan ayat di atas sesuai dengan penelitian embriologi terkini yang meliputi fertilisasi, implantasi, gastrulasi, dan organogenesis.

· Lebih spesifik, identifikasi istilah Al-Qur’an dengan fase embrio seperti :

- Nutfah sebagai sperma dan ovum yang bertemu

- Alaqah sebagai embrio yang melekat di rahim

- Mudghah sebagai segumpal daging yang mirip struktur zigot

3. Tahap Spiritual dan Metaforis

Selain penafsiran ilmiah, tafsir klasik seperti Ibnu Katsir menekankan nilai spiritual dan moral kisah penciptaan. Kajian komparatif antara Tafsir Ibnu Katsir dan Al-Mishbah membahas bagaimana ayat-ayat tentang Nabi Adam dipandang dalam kerangka sejarah spiritual dan refleksi moral.

Berdasarkan studi yang membandingkan alur kisah Adam dalam kedua tafsir, karya-karya tersebut memperkaya pemahaman bahwa penciptaan manusia bukan sekadar fenomena fisiologis, tetapi titik penting fase spiritual dan wahyu.

4. Sejarah Para Nabi sebagai Rangkaian Peradaban Spiritual

Al-Qur’an mencatat sejarah manusia lewat kisah nabi-nabi, mulai dari Adam, Nuh, Ibrahim, hingga Muhammad SAW. Catatan tersebut menandai babak-babak penting perjalanan moral dan sosial umat manusia. Jejak ini memperlihatkan bahwa sejarah manusia tidak hanya berpatokan pada perkembangan fisik, tetapi juga nilai, moralitas, dan peradaban yang berdasarkan pada ketuhanan.

Dalam Tafsir Al-Mishbah, Quraish Shihab menjelaskan bahwa Al-Qur’an dirancang agar “baik dibaca penuh keimanan, tetapi lebih dari itu juga dikaji dan dimaknai agar pesan, kesan, dan keserasiannya dapat dirasakan pembaca.” Ini menegaskan narasi sejarah dalam Al-Qur’an sebagai ajakan reflektif dan metamorphosis spiritual.

5. Integrasi Ilmu Pengetahuan dan Wahya

Integrasi antara wahyu dan ilmu pengetahuan kontemporer, khususnya dalam memahami sejarah manusia adalah kekuatan utama Al-Qur’an. Saat metode ilmiah terus berkembang, narasi penciptaan Al-Qur’an tetap relevan sebagai sumber etika, identitas, dan arah peradaban.

Beberapa studi terkini menunjukkan hubungan paralel yang kuat antara penciptaan Adam dalam Al-Qur’an dengan perkembangan embriologi modern, hal ini memperlihatkan potensi dialog konstruktif antara iman dan rasio.

Al-Qur’an menjadi kitab yang merekam secara utuh sejarah kemunculan dan perkembangan manusia dari aspek fisik melalui tahap-tahap penciptaan embriologis, hingga dimensi spiritual melalui kisah nabi dan perjalanan moral umat. Tafsir klasik memperkaya makna, sedangkan penelitian modern membuka ruang dialog harmonis antara ilmu pengetahuan dan wahyu. Membaca Al-Qur’an dengan konteks historis dan ilmiah membuatnya tetap relevan sebagai panduan hidup dan pemicu refleksi bagi umat manusia masa kini.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |