Ghossan Ardev Mumtaz
Edukasi | 2024-12-13 22:33:09
![](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/news/241213223227-700.jpg)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas aktivitas antara pasien dan obat yaitu baik atau buruknya pemahaman dan kepatuhan pasien terhadap penggunaan obat. Pasien yang telah memiliki pemahaman yang cukup dan patuh terhadap prosedur penggunaan obat, maka pasien memiliki jaminan yang cukup tinggi dalam memperoleh hasil yang maksimal dari kandungan yang terdapat pada obat tersebut.
Dalam menentukan kualitas aktivitas pasien dan obat, tentu saja tidak lepas dari peran apoteker yang menjadi penghubung atau perantara. Apoteker sebagai perantara yaitu memastikan keamanan obat yang akan dikonsumsi pasien, membantu pasien dalam pemilihan obat yang sesuai dengan kebutuhan, dan memberikan pemahaman tentang cara penggunaan obat yang tepat, serta informasi tentang efek samping yang dapat muncul setelah obat dikonsumsi.
Tanpa disadari, pasien dan obat memiliki hubungan yang krusial dalam dunia kesehatan dan masih menjadi permasalahan mendasar yang dialami sebagian kalangan. Hubungan pasien dan obat menjadi sangat penting karena baik atau buruknya aktivitas antara pasien dan obat sangat menentukan kesembuhan pasien.
Apoteker
Apoteker adalah profesional kesehatan yang memiliki keahlian dalam menggunakan, menyimpan, dan memberikan obat. Apoteker memiliki pemahaman yang tinggi terhadap kandungan yang terdapat pada suatu obat dan biasanya seorang apoteker memberikan obat setelah pasien memberikan resep dokter kepada apoteker.
Walaupun seorang apoteker selalu bergelut dengan obat-obatan, akan tetapi apoteker sendiri memiliki bidang dan peranan masing-masing. Apoteker memiliki posisi pada sistem kesehatan yakni di apotek komunitas, rumah sakit, dan industri farmasi. Dalam dunia kesehatan, ketiga bidang tersebut memiliki peran penting.
Yang pertama, apoteker komunitas. Pada bidang ini memiliki peran dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kefarmasian pada masyarakat langsung. Bidang ini memainkan peran penting karena menjadi tempat pertama masyarakat untuk memperoleh pengobatan terutama pada daerah-daerah yang memiliki keterbatasan fasilitas pelayanan kesehatan.
Yang kedua, apoteker rumah sakit. Apoteker melakukan pelayanan kesehatan seperti memberikan obat kepada pasien sebagai tahap selanjutnya setelah pasien menerima resep dari dokter. Mudahnya, apoteker komunitas dan rumah sakit memiliki peran yang sama, hanya saja berbeda pada ruang lingkup saja. Apoteker komunitas melayani di masyarakat langsung sedangkan apoteker rumah sakit melayani di rumah sakit.
Yang terakhir, apoteker industri farmasi. Bidang ini menjadi pakar dalam produksi suatu obat. Apoteker industri farmasi cenderung bergelut pada produksi obat, menjaga kualitas produksi obat yang nantinya akan di distribusikan ke masyarakat dan melakukan pengembangan suatu obat sehingga menghasilkan obat baru.
Apoteker sebagai Penghubung
Seorang apoteker menjadi penghubung dalam memberikan informasi yang akurat mengenai dosis suatu obat, cara pemakaian obat yang benar, efek samping obat setelah dikonsumsi, dan apoteker juga memberikan saran kepada pasien mengenai interaksi obat dengan makanan atau obat lain.
Apoteker juga perlu memastikan kepatuhan pasien dalam melaksanakan arahan yang telah diberikan dengan cara membantu pasien memahami akan pentingnya mengikuti resep dokter dan memberikan solusi pada pasien untuk meningkatkan kepatuhan seperti selalu memperhatikan pengingat pada obat.
Tidak hanya itu, apoteker menganalisis potensi atau efek samping dari obat yang berbahaya sehingga memberikan pemahaman kepada pasien mengenai tanda-tanda efek samping yang perlu di waspadai.
Pentingnya Komunikasi
Menurut Kementerian Kesehatan, pemahaman dan kepatuhan masyarakat Indonesia terhadap penggunaan obat secara tepat dan rasional masih rendah. Maka dari itu, Dengan adanya aktivitas komunikasi yang efektif antara apoteker dan pasien dapat membangun kepercayaan pasien.
Komunikasi efektif ini dapat tercapai apabila komunikasi yang dilakukan oleh apoteker dalam menjelaskan diagnosis, dan cara penggunaan obat dengan bahasa yang mudah dimengerti pasien. Dengan membangun rasa empati kepada pasien salah satu caranya yaitu berbicara dengan nada suara yang ramah sehingga timbul kepercayaan pada pasien dan dapat dikatakan bahwa aktivitas tersebut telah menghasilkan komunikasi yang efektif.
Pada beberapa kasus, tidak jarang seorang apoteker menemukan pasien yang bingung atau memiliki keraguan terkait pengobatan sehingga penting sekali apoteker tersebut melakukan pendekatan dan memberikan pemahaman kepada pasien seperti mendengarkan secara penuh ketika pasien bercerita untuk memhami kekhawatiran pasien, memberikan penjelasan yang jelas dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti mengenai hal-hal yang dibingungkan oleh pasien.
Dengan pendekatan yang ramah, dan informatif, apoteker dapat membantu pasien untuk percaya diri dalam menjalankan pengobatan dan mendorong pasien untuk patuh terhadap rencana pengobatan.
Tantangan Apoteker sebagai Penghubung
Terdapat tantangan yang seringkali dihadapkan pada apoteker sebagai penghubung antara pasien dan obat yang menyebabkan komunikasi yang dilakukan tidak memberikan dampak yang maksimal terhadap pasien seperti kurangnya waktu untuk konsultasi mendalam, dan penilaian masyarakat bahwa apoteker hanya “Penjual obat”.
Kurangnya waktu untuk konsultasi mendalam ini biasanya disebabkan karena beban kerja yang tinggi pada apoteker sehingga pasien tidak dapat konsultasi secara maksimal. Hal tersebut dapat diupayakan dengan mengatur jadwal konsultasi apabila apoteker tersebut bersedia dan menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan secara mandiri.
Serta penilaian masyarakat bahwa apoteker hanya “Penjual obat”. Pandangan tersebut muncul karena banyak orang melihat apoteker bekerja di rumah sakit atau apotek lalu menerima resep dokter dan memberikan obat. Padahal, peran apoteker jauh lebih luas dan memiliki tanggung jawab yang besar dalam menjaga pelayanan kesehatan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.