Kendeng 2024-12-08 20:48:03
Catatan Cina menyebut, pada 674-675 Masehi di Holing ada raja yang bernama Sima. “...begitu tegas hingga para bajak laut pun menghindari pesisir-pesisir pantainya,” tulis Paul Michel Munoz di buku Kerajaan-Kerajaan Awal Kepulauan Indonesia dan Semenanjung Malaysia.
Raja Arab berkunjung dan membuang pundi emas di tengah jalan. Oleh Putra Mahkota disepak, sehingga Ratu Sima menghukum Putra Mahkota dengan potong kaki. Siapa Raja Arab itu?
Holing disebut berada di Chopo, dikelilingi oleh 28 negeri bawahan. Benarkah Holing itu Kalingga dan Chopo itu Jawa?
Scroll untuk membaca
Scroll untuk membaca
Menurut Hamka di buku Dari Perbendaharaan Lama, pengembara Cina I Tsing ke Jawa bekerja sama Jnabadhra --dalam bahasa Cina ditulis Yoh-na-poh-to-lo. Mereka menyalin buku-buku agama Buddha ke bahasa yang dipakai di Holing.
Kemakmuran dan keamanan di Chopo terdengar sampai di Ta-Cheh (Ta Sih). Pada 674-675 itu pula, Raja Ta-Cheh berkunjung ke Holing.
Ia buang pundi berisi emas ke tengah jalan, dengan tujuan untuk menguji keluhuran orang-orang Holing. Sampai tiga tahun kemudian, pundi emas itu tak ada yang mengambilnya.
Orang-orang yang melewati jalan itu tahu ada pundi emas di tengah jalan. Tapi mereka selalu menghindar.
“Pada suatu hari setelah tiga tahun, lalulah Putra Mahkota Kerajaan Holing di tempat itu, beliau melihat pundi-pundi terletak di tengah jalan, lalu disepaknya dengan kakinya, sehingga pecahlah pundi-pundi itu dan tersembullah emas dari dalamnya,” tulis Hamka.
Ratu Sima menganggap anaknya telah melakukan kesalahan besar. Ia dianggap telah melanggar keluhuran budi.
Ada bangsa asing berkunjung ke Holing untuk melihat kemakmuran dan keamanan negeri, tercederai oleh tindakan Putra Mahkota yang tidak bertanggung jawab itu. Putra Mahkota menerima hukuman potong kaki, untuk kaki yang telah menyepak pundi-pundi itu.
Bujukan para menteri tak bisa meluluhkan pendirian Ratu Sima. Hukuman harus dijalankan, kendati itu pada anaknya sendiri, yang akan menggantikannya sebagai raja Holing.
Catatan I Tsing ini, kata Hamka, kemudian menjadi bahan penyelidikan banyak ahli sejarah. Di mana itu Holing? di mana pula itu Chopo?
“Hasil penyelidikan ialah, bahwa Chopo itu adalah Pulau Jawa kita ini. Kerajaan Holing adalah Kerajaan Kalingga,” tulis Hamka di buku Dari Perbendaharaan Lama.
Oleh para penyelidik, kata Hamka, Kalingga disebut pernah berdiri di Jawa Tengah, tapi oleh penyelidik lain, Kalingga pernah ada di Jawa Timur. Yaitu di abad ketujuh.
“Sejarah Tang Baru mengindikasikan bahwa, menurut para duta dari Jawa: Raja hidup di kota Chopo, Leluhurnya Ki-yen mengalihkan ibu kota ke arah timur di kota Po-lou-kia-sseu pada masa tien pao (yang bersesuaian dengan masa 742-755 M),” tulis Paul Michel Munoz.
Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini