Generasi Muda Patani: Masihkah Mahu Bertutur dalam Dialek Sendiri?

2 weeks ago 22

Image Bung Patani

Sastra | 2025-02-28 04:10:30

Setiap 21 Februari, dunia memperingati Hari Bahasa Ibunda Sedunia, satu hari yang mengingatkan kita tentang pentingnya mempertahankan bahasa yang semakin terkikis. Segenap Mahasiswan Patani di Indonesia mengangkat topik pembahasan: masihkah generasi muda mahu bertutur dalam dialek sendiri, atau membiarkannya di telan zaman?

Poster campaign 21 February Hari Bahasa Ibunda sedunia dari Civil Society of Patani

Bahasa Melayu dialek Patani telah lama menjadi identitas masyarakat Patani (Selatan Thailand). Namun, dalam beberapa dekade terakhir, penggunaan dialek Patani semakin berkurang, terutama di kalangan anak muda. Sekolah-sekolah di Thailand menggunakan bahasa Thai sebagai bahasa utama pendidikan, sementara media sosial turut mendominasi dalam bahasa nasional. Akibatnya, generasi muda Patani semakin kurang bertutur dalam bahasa ibunda mereka, apa lagi dalam lingkungan keluarga yang tidak mahu berbahasa Melayu.

Tradisi Melayu melambangkan kepada kemajuan tamadun Islam di Nusantara

Pengangkatan topik pembicaraan ini sering kali dibahaskan oleh kalangan Mahasiswa Patani dalam bentuk upaya merawat, mendorong bahasa Ibunda agar dapat bertutur di setiap lapisan masyarakat Patani, khususnya kalangan anak muda.

Berbagai perbincangan yang ditawarkan berupaya mendorong bagi anak muda senantiasa bertutur dalam dialek Patani dengan kutipan yang sakral “Hilangnya Bahasa Hilanglah Bangsa”. Dorongan tersebut dapat sambutan dari kalangan anak muda, para guru maupun aktivis Patani, sehingga pemakaian dialek Patani dapat mengangkat taraf lebih baik dari jurang ambang punah.

Adapun faktor yang mengancamkan keberlangsungan dialek Patani diantaranya: pertama, dominasi Bahasa Thai dalam Pendidikan sebagai salah satu faktor utama yang mempercepat penurunan penggunaan bahasa Melayu Patani adalah sistem pendidikan di Thailand yang sepenuhnya menggunakan bahasa Thai. Di sekolah, anak-anak Melayu Patani dididik dalam bahasa Thai sejak usia dini, membuat mereka lebih fasih dan terbiasa dengan bahasa nasional dibanding bahasa ibunda mereka sendiri.

kedua, kurangnya penggunaan dalam lingkungan keluarga, hal ini menjadi feekback buruk bagi masyarakat Patani yang tidak lagi mahu bertutur Melayu dalam keluarga. ada ungkapan bagi yang menyedihnya bahwa bahasa Thai sudah menjadi dominan hidup bagi mereka sehingga sudah jarang sekali bertutur Melayu. Adapun secara dasarnya, keluargalah yang merupakan benteng utama dalam mempertahankan bahasa ibunda.

Ketiga, adanya stigma dari kalangan masyarakat bahwa bahasa Melayu Patani tidak memiliki nilai ekonomi atau akademik yang tinggi, juga di dunia kerja sudah tidak lagi bertutur Melayu sehingga membuat sebagian keluarga merasa tidak perlu mengajarkan bahasa Melayu kepada anak-anak mereka, membuat anak muda buta bahasa ibunda merek sendiri.

Terdapat juga bahwa negara lain, bahasa minoritas mendapat perlindungan undang-undang dan diajarkan di sekolah-sekolah, tetapi di Thailand, bahasa Melayu Patani masih belum mendapat tempat yang sepatutnya. Untuk memastikan kelangsungan dialek ini, langkah-langkah seperti dokumentasi dalam bentuk tulisan, pembelajaran tidak formal, serta pengukuhan identitas budaya dalam kalangan anak muda perlu terus digalakkan.

توليسن جاوي منجادي خزانه ترجاي د عالم ملايو

Walau bagaimanapun, Bahasa Melayu Patani harus berusaha menghidupkan kembali jiwa-jiwa kebangsaan untuk menjaga keberlangsungan tuturan dialek Patani. Maka dari itu, tanggung jawab Mahasiswa Patani harus mendorong dengan berbagai upaya sehinggga Bahasa Ibunda Patani tetap mengalir hingga kegenerasi selanjutnya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |