Yona Mardiona
Agama | 2025-03-02 13:37:39

Pada setiap bulan Ramadan, selain puasa. Ibadah lain yang hanya dilakukan di bulan ini adalah salat tarawih.
Salat tarawih ada yang menjalankan duapuluh rakaat ada juga yang delapan rakaat. Lalu ditutup dengan salat witir tiga rakaat. Maka total jumlah rakaat menjadi 23 atau 11 rakaat.
Salat witir menjadi pelengkap salat tarawih. Dari keadaan ini salat tarawih lebih populer dan seolah lebih penting dari salat witir.
Salat witir, selain kalah jumlah rakaat, juga tarawih lebih banyak di sebut. Perumpamaan salat tarawih seperti "main course" dan salat witir sebagai "dessert".
Namun sesungguhnya. Salat witir adalah salat sunnah penutup yang sangat baik dilakukan setiap malam termasuk diluar bulan Ramadan. Untuk mengukur ketinggian pentingnya salat witir bisa diambil dari beberapa hadits shahih dibawah ini.
Aisyah ra. berkata, "Nabi ﷺ salat sedangkan aku tidur di atas ranjangnya dengan membentang dihapannya. Ketika akan witir, beliau membangunkan aku hingga aku pun salat witir." (HR. Bukhari 482)
Dari riwayat ini Nabi membiarkan istrinya tidur ketika beliau salat malam dan beliau membangunkan dan mengajak ketika akan salat witir. Hadits lain terkait pentingnya salat witir adalah dari riwayat Abu Hurairah.
Abu Hurairah ra. berkata, "Kekasihku, Rasulullah ﷺ telah berwasiat kepadaku dengan tiga perkara yang tidak akan pernah aku tinggalkan hingga aku meninggal dunia, yaitu puasa tiga hari pada setiap bulan, salat Duha dan tidur dengan salat Witir terlebih dahulu". (HR. Bukhari 1107)
Hadits ketiga yang bisa menjadi referensi adalah dari Sa'd bin Yasar. Sa'd bin Yasar bahwa dia berkata, "Aku bersama 'Abdullah bin 'Umar pernah berjalan di jalanan kota Makkah. Sa'id berkata, "Ketika aku khawatir akan (masuknya waktu) Subuh, maka aku pun singgah dan melaksanakan salat Witir. Kemudian aku menyusulnya, maka Abdullah bin Umar pun bertanya, "Dari mana saja kamu?" Aku menjawab, "Tadi aku khawatir akan (masuknya waktu) Subuh, maka aku singgah dan melaksanakan salat Witir." 'Abdullah bin 'Umar berkata, "Bukankah kamu telah memiliki suri tauladan yang baik pada diri Rasulullah ﷺ?" Aku menjawab, "Ya. Demi Allah." Abdullah bin Umar berkata, "Sesungguhnya Rasulullah ﷺ pernah salat Witir di atas untanya." (HR. Bukhari 944)
Dari tiga hadits ini sangat kuat pentingnya menjalankan salat witir. Sehingga banyak ulama menyatakan bahwa salat witir hukumnya sunnah yang sangat dianjurkan.
Bukankah setiap muslim mengharapkan cintanya Allah dan Rasulullah ﷺ. Maka untuk mendapatkan itu selaiknya melaksankan bukan saja yang diwajibkan, tapi juga yang disukai Allah dan RasulNya.
Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi ﷺ, 'Sesungguhnya Allah itu witir dan menyukai yang ganjil.' (HR. Bukhari 5931, Muslim 4836)
Pertanyaan selanjutnya kapan sebaiknya melakukan salat witir dan berapa rakaat?
Hadits di bawah ini menjelaskan bahwa salat witir dapat dilakukan diawal malam atau diakhir malam, jumlah rakaatnya boleh lima, tiga atau satu rakaat.
Dari Abu Zubair dari Jabir ia berkata, Saya mendengar Nabi ﷺ bersabda, "Siapa di antara kalian yang khawatir tidak bisa bangun di akhir malam, hendaklah ia witir dan baru kemudian tidur. Dan siapa yang yakin akan terbangun di akhir malam, hendaklah ia witir di akhir malam, karena bacaan di akhir malam dihadiri (oleh para malaikat) dan hal itu adalah lebih utama." (HR. Muslim 1256)
Sementara hadits lain menerangkan bahwa sahabat Nabi ﷺ, yaitu Sayidini Abu Bakar ra. Memilih sata witir diawal malam, sedangkan Sayidina Umar bin Khatab memilih di akhir malam.
Dari Abu Qatadah bahwa Nabi ﷺ bertanya kepada Abu Bakar, " Kapankah kamu melaksanakan witir?" Dia menjawab, saya melakukan witir dipermulaan malam. Dan beliau bertanya kepada Umar, "Kapankah kamu melaksanakan witir?" Dia menjawab: saya melakukan witir pada akhir malam. Kemudian beliau berkata kepada Abu Bakar, "Orang ini telah melakukan dengan keteguhan hati, " dan kepada Umar beliau mengatakan, "Sedangkan orang ini telah melakukan dengan kemantapan." (HR. Abu Daud 1222)
Lalu ditegaskan juga bahwa salat witir hanya dilakukan pada suatu waktu saja, sebagaimana hadits di bawah ini. Dari Abu Jamrah ia berkata, aku bertanya kepada A'idz bin 'Amru radhiallahu'anhu, -dia termasuk sahabat Nabi ﷺ yang ikut baiat di bawah pohon- "Apakah salat witir dapat dianggap gugur?" Dia menjawab, "Jika kamu telah mengerjakan witir di awal (malam) janganlah kamu kerjakan lagi di akhir (malam)." (HR. Bukhari 3858)
Mengenai jumlah rakaat, terdapat beberapa riwayat yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ menjalan salat witir cukup banyak, namun jumlah rakaatnya ganjil. Sedangkan salah satu hadits menyatakan boleh 5, 3 atau 1 rakaat.
Telah menceritakan kepada Kami Abdurrahman bin Al Mubarak, telah menceritakan kepadaku Quraisy bin Hayyan Al 'Ijli, telah menceritakan kepada Kami Bakr bin Wail dari Az Zuhri dari 'Atha` bin Yazid Al Laitsi dari Abu Ayyub Al Anshari ia berkata, rasul ﷺ bersabda, "Witir adalah sebuah hak atas setiap muslim, barang siapa yang hendak melakukan witir lima rakaat maka hendaknya ia melakukankannya dan barang siapa yang hendak melakukan witir tiga rakaat maka hendaknya ia melakukannya, dan barang siapa yang hendak melakukan witir satu rakaat maka hendaknya ia melakukannya." (HR. Abu Daud 1212, Nasa'i 1693)
Untuk melengkapi tulisan ini kami tutup dengan dua hadits dibawah ini yang bisa menjadi amalan terbaik bagi kita.
Aisyah ra. berkata "Salat Rasulullah ﷺ tidak pernah lebih dari sebelas rakaat, baik pada bulan Ramadan atau di selain bulan Ramadan, yaitu beliau mengerjakan empat rakaat, jangan di tanya bagaimana bagus dan panjangnya, setelah itu beliau salat empat rakaat, dan jangan di tanya bagaimana kwalitas bagus dan panjangnya, kemudian beliau salat tiga rakaat." ( HR. Abu Daud 1143 )
Dalam hadits lain (HR. Abu Daud 1157) di riwayatkan dua rakaat dua rakaat hingga delapan rakaat ditambah tiga rakaat salat witir jadi sebelas rakaat. Semuanya hadits shahih.
Ibnu 'Abbas berkata, "Rasulullah ﷺ mengerjakan salat witir tiga rakaat. Pada rakaat pertama beliau membaca surah Al-A'laa, pada rakaat kedua membaca surah Al-Kaafiruun, dan pada rakaat ketiga beliau membaca Qul Huwallahu ahad." (HR. Nasai 1684)
Wallahu 'alam bishawab
Bekasi, 1 Ramadan 1446H
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.