Kampanye Pelestarian Tradisi Subak, 3 Mahasiswa UI Raih Posisi Kedua di PR Deck Perhumas Indonesia

3 weeks ago 33
 Dok Biro Humas & KIP UI)Tiga mahasiswa UI raih posisi kedua PR Deck Perhumas Indonesia. (Foto: Dok Biro Humas & KIP UI)

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- "Tumbuh bersama modernisasi, kembali ke akar tradisi” menjadi tagline kampanye yang membawa 3 mahasiswa Program Studi (Prodi) Hubungan Masyarakat, Program Pendidikan Vokasi, Universitas Indonesia (UI), meraih posisi kedua dalam lomba nasional Pemuda Indonesia Awards kategori PR Deck yang diadakan oleh Perhimpunan Hubungan Masyarakat (Perhumas) Indonesia.

Ketiga mahasiswa ini, Futihat Nurul Karimah, Hurin Nazhifah Mumtaz, dan Quinta Ayu Maharani, tergabung dalam tim bernama Spread Love.

Kompetisi PR Deck adalah bagian dari World Public Relations Forum 2024 yang digelar di Nusa Dua, Bali.

Acara ini dihadiri oleh praktisi kehumasan profesional, termasuk Ketua Perhumas Indonesia Boy Kelana, Director of Global Alliance for Public Relations and Communication Management Prof. Justin Green, Menteri Luar Negeri 2019-2024, Retno Marsudi, hingga Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkoenagoro X.

Kompetisi berlangsung sejak Oktober hingga November 2024 dan diikuti mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.

Kampanye bertajuk “Kembali ke Akar” yang mereka ajukan mengangkat isu rendahnya partisipasi generasi muda dalam melestarikan nilai tradisi, khususnya subak di Desa Jatiluwih, Bali.

Dengan strategi filosofis berbasis fase hidup—lahir, tumbuh, kembang, dan kembali ke akar—mereka berhasil meningkatkan kesadaran generasi muda Bali tentang pentingnya melestarikan tradisi subak.

Permasalahan subak, irigasi, maupun pertanian yang ada, bukan disebabkan karena generasi muda tidak mengetahui teknik yang efektif.

"Tetapi, kami melihat permasalahan tersebut di akari oleh generasi muda yang tidak paham mengenai nilai dan budayanya. Sehingga, alih-alih berfokus pada penjelasan terkait teknik pertanian, kami lebih berfokus untuk membangun kesadaran generasi terhadap jati diri dan nilai budaya lokal mereka. Kami percaya bahwa memahami kedua hal tersebut adalah solusi dari berbagai permasalahan lingkungan yang dihadapi,” jelas Futihat dalam keterangan yang diterima, Sabtu (30/11/2024).

Subak, sistem irigasi tradisional yang diterapkan petani Bali sejak abad ke-11, telah diakui sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO sejak 2012.

Melalui survei yang dilakukan oleh tim, ditemukan bahwa 90% responden di Desa Jatiluwih merasa masalah utama di wilayah mereka adalah minimnya kepedulian generasi muda terhadap tradisi pertanian.

Dalam kampanye ini, Tim Spread Love melibatkan tokoh-tokoh berpengaruh untuk menyampaikan pesan yang relevan dengan audiens muda, menghubungkan nilai-nilai tradisi dengan inovasi modern.

“Melalui kampanye ini, kami ingin generasi muda menyadari bahwa menjaga tradisi tidak harus bertentangan dengan modernisasi, tetapi justru saling melengkapi,” tutur Futihat.

Ketua Program Studi Hubungan Masyarakat, Mareta Maulidiyanti, SSos, MM menegaskan bahwa pencapaian ini merupakan hasil pembelajaran berbasis praktik yang diterapkan di Vokasi UI.

"Dengan menghadirkan praktisi di dunia kehumasan, kami ingin mahasiswa mempelajari dan mengatasi permasalahan melalui studi kasus yang terjadi di dunia industri secara nyata. Hal ini terbukti dari keberhasilan Tim Spread Love melalui penyampaian pesan tentang nilai budaya pada kompetisi PR Deck tersebut. Saya berharap agar mereka juga memanfaatkan kompetisi ini sebagai pengalaman dan pembelajaran dari proses perkuliahan mereka,” ungkapnya.

Tim Spread Love berharap pencapaian ini menginspirasi generasi muda untuk terus menciptakan ide-ide kreatif yang relevan, sekaligus memberikan solusi nyata untuk isu lingkungan melalui kesadaran akan nilai budaya. (***)

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |