Desak Putu Vanina Prameswari Dewi
Kisah | 2024-12-01 16:17:14
Di balik gemuruh sirine ambulans dan derap langkah cepat di rumah sakit, ada kisah pahlawan yang tak selalu terdengar. Mereka adalah dokter militer, sosok yang melayani di dua medan; medan operasi militer yang penuh bahaya dan ruang operasi rumah sakit yang menuntut ketelitian tinggi. Salah satu tempat mereka mengabdi adalah di RS Bhayangkara, rumah sakit yang menjadi saksi perjuangan tanpa pamrih para dokter ini.
Sebagai dokter militer, tugas mereka jauh dari sekadar menyembuhkan luka fisik. Mereka adalah penopang moral di tengah krisis, memberikan harapan bagi mereka yang terjebak di tengah konflik, bencana, atau kondisi darurat lainnya. Bayangkan seorang dokter yang sebelumnya berdiri di garis depan peperangan kini mengenakan jas putih, berhadapan dengan pasien yang membutuhkan pertolongan. Transisi ini bukan sekadar pergantian peran, melainkan sebuah panggilan jiwa.
Pengalaman di lapangan membuat dokter militer RS Bhayangkara memiliki mental baja. Mereka terbiasa bekerja di bawah tekanan ekstrem, baik dalam kondisi perang maupun bencana. Namun, di balik ketangguhan itu, mereka adalah pribadi yang penuh empati. Di ruang operasi, mereka mendekati pasien dengan hati yang sama seperti ketika mereka merawat rekan seperjuangan di medan perang dengan tekad untuk menyelamatkan nyawa. "Menjadi dokter militer adalah perjalanan antara kehidupan dan kematian," ujar salah satu dokter di RS Bhayangkara. "Kami belajar menghargai setiap detak jantung, baik di medan konflik maupun di ruang perawatan."
Yang membedakan dokter militer dengan dokter pada umumnya adalah filosofi mereka dalam menjalani profesi. Kedisiplinan militer yang tertanam membuat mereka mampu bekerja dengan cepat, tepat, dan efisien. Namun, lebih dari itu, mereka memahami pentingnya menjaga ketenangan di tengah kekacauan. Di RS Bhayangkara, dokter-dokter ini bukan hanya tenaga medis, tetapi juga pemimpin dalam situasi darurat. Mereka siap mengambil keputusan penting di tengah waktu yang terbatas. Ketegasan yang mereka bawa dari latar belakang militer menjadi aset yang tak ternilai dalam menyelamatkan nyawa.
Medan perang mengajarkan mereka bahwa setiap nyawa adalah berharga, tanpamemandang latar belakang. Pengalaman ini membawa mereka ke ruang operasi dengan perspektif yang mendalam tentang kemanusiaan. Mereka melihat pasien bukan sekadar angka statistik, tetapi sebagai individu yang memiliki harapan, keluarga, dan masa depan.
Bagi pasien di RS Bhayangkara, kehadiran dokter militer adalah sebuah anugerah. Mereka tak hanya mendapatkan pengobatan terbaik, tetapi juga semangat dan motivasi untuk terus berjuang melawan sakit. "Melihat dokter yang begitu berdedikasi membuat saya merasa aman," ujar seorang pasien yang pernah dirawat di RS Bhayangkara.
Dokter militer mungkin tidak mengenakan jubah atau mengendarai ambulans dengan sirine meraung. Namun, mereka adalah pahlawan sejati, hadir tanpa banyak bicara, hanya dengan tindakan nyata. Dari medan perang yang penuh ancaman hingga ruang operasi yang menuntut konsentrasi tinggi, mereka menjalankan tugas dengan satu tujuan mulia, menyelamatkan nyawa.
Dalam sunyi, mereka bekerja. Dalam diam, mereka menjadi penopang harapan. Doktermiliter RS Bhayangkara adalah contoh nyata bahwa seorang pahlawan tidak selalu datang dengan gemuruh suara, tetapi dengan ketulusan hati dan tangan yang terulur. Mereka adalah pahlawan tanpa sirine, membawa cahaya di tengah gelap, dan menjadi inspirasi bagi kita semua.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.