Di depan para pelaku UMKM, pejabat Bank Indonesia (BI) ini mengungkapkan rahasia agar UMKM bisa tembus pasar ekspor. Menurut dia, media sosial dan lokapasar telah membantu banyak pelaku UMKM mengenalkan produknya ke luar negeri.
Pejabat BI itu bicara di depan para pelaku UMKM yang menghadiri acara Peringatan Bulan Mutu Nasional. Acara diadakan Badan Standardisasi Nasional (BSN) di Jakarta pada 20-21 November 2024.
Menurut pejabat BI itu, memasang foto produk di media sosial dan lokapasar bisa mendorong ekspor. Itu yang pada awalnya dilakukan oleh pemilik Naruna Keramik, Salatiga, Roy Wibisono, melakukan ekspor secara eceran setelah ada pembeli yang melihat produknya di media sosial.
Scroll untuk membaca
Scroll untuk membaca
Dari ekspor eceran kemudian ia kembangkan ke ekspor yang besar, yang sistem perizinannya lebih rumit. Kendati begitu, Roy tetap berani menyebut bahwa ekspor itu mudah.
Ketika berbicara di depan para pelaku UMKM, pejabat BI itu mengingatkan agar para pelaku UMKM yang sedang berencana ekspor tidak terjebak pada jargon ekspor itu mudah. Pejabat BI itu, Elsya MS Chani, adalah kepala Grup Pengembangan UMKM & Keuangan Inklusif BI.
Menurut Elsya, ada banyak hal yang harus benar-benar diperhatikan oleh para pelaku UMKM sebelum melakukan ekspor. Menurut data 2019, kata Elsya, di Indonesia ada 64,2 juta UMKM. Kontribusi UMKM terhadap PDB mencapai 61,07 persen.
“Kontribusi UMKM terhadap ekspor mencapai 15,7 persen dari target 2024 sebesar 17 persen,” ungkap Elsya. UMKM Indonesia juga memiliki kontribusi terhadap rantai pasok global, yaitu sebesar 4,1 persen.
Kopi menjadi salah satu komoditas UMKM yang potensial untuk pasar ekspor, selain wastra dan kerajinan, serta mamin olahan dan rempah-rempah. Tapi, kopi sedang menghadapi tantangan karena iklim yang tidak menentu.
“Banyak petani kopi yang sering gagal panen. Perlu penanaman bibit baru yang tahan iklim,” kata Elsya.
Kendati begitu, tak semua produk kopi, wastra, kerajinan, mamin olahan, dan rempah bisa semua masuk ke pasar ekspor. Elsya menyebut jenis produk dan kualitas produk akan menentukan bisa tidaknya sebuah produk bisa tembus pasar ekspor.
Karena itu, perlu diketahui minat pasar. Masing-masing negara berbeda-beda minatnya.
Rahasia itu, harus diketahui para pelaku UMKM yang ingin produknya tembus pasar ekspor. Menurut Elsya, BI bekerja sama dengan LPEM FEB UI telah menyusun modul ekspor bagi pelaku UMKM.
Ada sembilan langkah terstruktur yang perlu dilakukan UMKM untuk menembus pasar ekspor:
1. Evaluasi kesiapan dan menyusun perencanaan go global
2. Memantapkan kesiapan produk ekspor
3. Mengenal dan memetakan pasar tujuan ekspor (pemetaan negara)
4. Mengenal regulasi dan etika perdagangan internasional
5. Promosi dan pemasaran ekspor
6. Manajemen keuangan dan pembiayaan ekspor
7. Legalitas dan manajemen organisasi perusahaan ekspor
8. Perjanjian, transkasi, dan pengiriman produk ekspor
9. Program pendukung dan pendampingan ekspor
BI, kata Elsya, membina UMKM antara lain untuk membantu UMKM mendapat akses pembiayaan. Juga, untuk memberi fasilitasi peningkatan kapasitas keuangan, menyediakan basis data UMKM, membantu menyusun strategi naik kelas, dan sebagainya.