Home > Regional Friday, 04 Jul 2025, 12:38 WIB
Tekankan evaluasi menyeluruh terhadap standar operasional

SEKITARSURABAYA.COM, SURABAYA -- Pakar transportasi laut dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Dr Ing Ir Setyo Nugroho menyoroti peristiwa tenggelamnya Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Tunu Pratama Jaya yang mengalami musibah di Selat Bali pada Rabu (2/7/2025) malam.
Dosen yang akrab disapa Yoyok itu menjelaskan, kecelakaan kapal jenis feri kerap kali terjadi karena faktor yang berkesinambungan. Kecelakaan pada kapal tersebut terjadi tidak hanya karena faktor alam, namun juga karena kelalaian manusia.
"Hampir 90 persen kecelakaan kapal terjadi karena kelalaian manusia," kata pria yang juga menjabat dekan Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) ITS tersebut.
Yoyok melanjutkan, kurangnya pemeliharaan pada mesin kapal hingga tidak dilakukannya perhitungan stabilitas muatan secara tepat, kerap menjadi pemicu utama terjadinya kecelakaan kapal karena faktor manusia.
"Dari faktor kelalaian manusia tersebut, sebanyak 80 persennya terjadi karena muatan yang tidak ditangani dengan benar," ujar Yoyok.
Selain ketidaksesuaian muatan, Yoyok menyebut, cuaca ekstrem juga menjadi faktor penyebab yang tidak bisa diabaikan. Dalam beberapa tahun terakhir, kondisi cuaca laut sulit diprediksi, sehingga memperbesar risiko gangguan stabilitas pada kapal.
"Cuaca yang tidak stabil menyebabkan tingginya gelombang air laut yang membahayakan kapal," ucapnya.
Ahli perencanaan muatan itu mengungkapkan, kecelakaan laut yang dialami KMP Tunu Pratama Jaya menunjukkan adanya indikasi-indikasi penyebab kecelakaan yang terjadi secara bersamaan.
Beberapa faktor seperti cuaca buruk, pengoperasian kapal yang tidak sesuai prosedur, hingga kondisi mesin yang kurang dirawat menjadi kombinasi yang memicu risiko tinggi terjadinya kecelakaan.
"Hal ini menunjukkan bahwa keselamatan pelayaran di Indonesia perlu menjadi perhatian serius," kata dia.
Alumnus Magister Delft University of Technology, Belanda tersebut menekankan pentingnya dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap standar operasional pelayaran. Di antaranya adalah prosedur pemuatan, perawatan kapal, hingga pengelolaan navigasi.
Tidak hanya itu, sistem manajemen muatan pun perlu diperbaiki agar setiap kapal memuat sesuai kapasitas dan stabilitasnya diperhitungkan secara akurat.