Sentuhan Bicara: Komunikasi sebagai Kunci Keberhasilan Fisioterapi

1 month ago 50

Image

Info Sehat | 2024-12-17 13:30:16

Fisioterapis melakukan fisioterapi kepada pasien di rumah pasien.

Halo, Sobat Sehat!

Siapa sih yang tidak ingin memiliki tubuh yang sehat dan bugar? Salah satu cara untuk mencapainya adalah melalui fisioterapi. Fisioterapi, atau terapi fisik, adalah cabang ilmu kedokteran yang fokus pada pemulihan, pemeliharaan, dan pengembangan fungsi fisik individu. Ini sangat penting bagi pasien yang mengalami gangguan akibat cedera, infeksi, atau kondisi medis lainnya yang memengaruhi gerakan tubuh. Inti dari fisioterapi adalah meningkatkan kualitas hidup pasien dengan mengoptimalkan gerakan dan fungsi tubuh melalui berbagai teknik, seperti latihan khusus, manipulasi sendi, terapi panas-dingin, serta memberikan penyuluhan tentang cara menjaga kesehatan fisik (Kementerian Kesehatan RI, 2020). Semua ini dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kita kenal sebagai fisioterapis.

Siapa Itu Fisioterapis?

Fisioterapis adalah profesional kesehatan yang telah menempuh pendidikan di bidang fisioterapi dan memiliki izin untuk praktik. Di Indonesia, mereka harus menyelesaikan pendidikan formal di tingkat D3, D4, atau S1 dalam bidang fisioterapi. Selama pendidikan ini, fisioterapis dilatih untuk melakukan berbagai intervensi terapeutik, termasuk komunikasi terapeutik dan kemampuan untuk mengevaluasi kemajuan pasien (Asosiasi Fisioterapis Indonesia, 2021). Peran fisioterapis sangat penting dalam membantu pasien mendapatkan kembali fungsi tubuh sesuai kebutuhan. Mereka tidak hanya melakukan evaluasi dan diagnosis tetapi juga merencanakan dan melaksanakan program perawatan fisioterapi. Selain itu, fisioterapis juga memberikan edukasi tentang cara merawat diri sendiri dan mencegah cedera di masa depan (Halim & Sari, 2022).

Komunikasi Terapeutik dalam Fisioterapi

Komunikasi terapeutik adalah aspek penting dalam praktik fisioterapi. Proses ini terbagi menjadi beberapa tahapan:

  1. Pra-Interaksi: Di fase ini, fisioterapis mempersiapkan diri secara fisik dan mental sebelum bertemu pasien. Mereka mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan pasien dan merencanakan pendekatan yang akan digunakan selama sesi terapi (Nugroho dkk., 2023).
  2. Orientasi: Pada tahap ini, fisioterapis memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan serta proses terapi kepada pasien. Membangun kepercayaan sangat krusial agar pasien merasa nyaman untuk berbagi keluhan (Sukmawati & Rachmawati, 2022).
  3. Kerja: Ini adalah inti dari komunikasi terapeutik di mana fisioterapis mengajak pasien untuk bekerja sama dalam menyelesaikan masalah kesehatan mereka. Fisioterapis memberikan pemeriksaan, pendidikan kesehatan, serta motivasi agar pasien mau berpartisipasi aktif dalam proses pemulihan (Hidayati dkk., 2023).
  4. Terminasi: Tahap ini menandakan akhir dari sesi terapi. Fisioterapis mengevaluasi kemajuan pasien dan mendiskusikan langkah-langkah selanjutnya.

Pengamatan Nyata di Lapangan

Penelitian menunjukkan bahwa komunikasi terapeutik yang baik dapat meningkatkan efektivitas sesi terapi. Observasi terhadap fisioterapis saat melakukan terapi kepada pasien menunjukkan bahwa mereka selalu memulai dengan menanyakan keluhan pasien untuk mengetahui titik kesakitan yang dialami. Selama sesi terapi, fisioterapis menjelaskan langkah-langkah yang akan diambil agar pasien tahu apa yang akan terjadi.

Komunikasi terapeutik sangat penting bagi fisioterapis dalam berinteraksi dengan pasien. Proses komunikasi ini meliputi tahapan mulai dari pra-interaksi hingga terminasi yang semuanya berkontribusi pada keberhasilan sesi terapi. Dengan pendekatan humanis dan perhatian penuh terhadap kebutuhan pasien, fisioterapis dapat lebih efektif membantu pasien mencapai tujuan rehabilitasi mereka (Halim & Sari, 2022).

Harapannya adalah praktik komunikasi terapeutik ini terus berkembang dalam dunia fisioterapi agar kualitas layanan meningkat secara signifikan dan memberikan manfaat lebih besar bagi setiap sesi terapi yang dijalani oleh pasien.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |