azkia ramadan
Dunia sastra | 2025-05-17 21:01:30

Salah Asuhan bercerita tentang Hanafi, seorang pemuda Minangkabau yang menempuh Pendidikan di luar negeri dimana selama menempuh Pendidikan itu Hanafi banyak budaya barat yang mempengaruhi contohnya cara berpikir Hanafi, cara bersikap Hanafi dan mengubah keyakinan Hanafi bahwa Pendidikan Barat itu lebih tinggi nilainya.
Hanafi jatuh cinta pada seorang gadis Indo-Belanda bernama Corrie de Bussee, yang juga mencintainya. Namun, hubungan mereka tidak direstui oleh masyarakat kolonial yang rasis, maupun oleh keluarga Hanafi yang menjunjung tinggi adat. Di tengah tekanan budaya dan status sosial, hubungan mereka tidak berhasil dilanjutkan.
Hanafi akhirnya menikah dengan Rapiah, gadis pilihan ibunya yang mewakili nilai-nilai tradisional. Tapi pernikahan itu tidak bahagia. Hanafi tidak mencintai Rapiah, memperlakukannya dengan kasar, dan terus terobsesi pada Corrie.
Suatu hari, Corrie jatuh sakit karena patah hati dan meninggal dunia. Hanafi, yang diliputi rasa bersalah dan keterasingan, akhirnya bunuh diri, menyadari bahwa dirinya telah terombang-ambing oleh nilai-nilai asing yang tidak sepenuhnya dia pahami, dan kini terputus dari akar budayanya sendiri.
Ibu Hanafi tidak memiliki rasa benci kepada anaknya justru ia malah introspeksi diri karena merasa salah dalam mengasuh anaknya (Hanafi)
Nilai-Nilai Moral dalam Salah Asuhan
- Religius: Hanafi, seorang Muslim Minangkabau, mengalami krisis identitas ketika ia mengadopsi gaya hidup Barat dan meninggalkan nilai-nilai keagamaannya. Novel ini menekankan pentingnya mempertahankan nilai-nilai spiritual sebagai landasan moral dalam menghadapi perubahan budaya.
- Kejujuran dan Tanggung Jawab: Perjalanan hidup Hanafi menunjukkan konsekuensi dari ketidakjujuran terhadap diri sendiri dan orang lain. Ketidakmampuannya untuk bertanggung jawab atas pilihannya mengarah pada kehancuran hubungan dan kehidupan pribadinya.
- Toleransi dan Cinta Damai: Konflik antara Hanafi dan keluarganya mencerminkan kurangnya toleransi terhadap perbedaan pandangan dan gaya hidup. Novel ini mengajarkan pentingnya sikap saling menghormati dan hidup berdampingan secara damai meskipun terdapat perbedaan budaya.
- Kerja Keras dan Rasa Ingin Tahu: Hanafi yang mendapatkan pendidikan Barat menunjukkan semangat belajar dan kerja keras. Namun, tanpa diimbangi dengan pemahaman terhadap nilai-nilai lokal, semangat ini menjadi sia-sia saja. Novel ini menggarisbawahi pentingnya menyeimbangkan semangat belajar dengan pemahaman budaya sendiri.
- Cinta Tanah Air: Melalui tokoh Hanafi yang kehilangan jati dirinya karena terlalu mengagumi budaya asing, novel ini menyampaikan pesan tentang pentingnya mencintai dan menghargai budaya serta identitas nasional sendiri.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.