Admin Eviyanti
Politik | 2024-11-19 18:57:05
Oleh Eviyanti
Pendidik Generasi dan Pegiat Literasi
Sejak tahun 1948, entitas zionis Yahudi telah bercokol di kawasan Baitul Maqdis (Palestina). Dulu mereka dibantu oleh Inggris sekarang dibantu Amerika. Sampai saat ini penjajahan zionis terhadap Palestina masih terus berlangsung, dan kembali menelan banyak korban. Mulai dari anak-anak, dan orang dewasa yang tidak berdosa pun menjadi target serangan zionis.
Sekolah-sekolah banyak yang rusak, guru-guru pun banyak yang syahid, membuat anak-anak Palestina tidak lagi mendapatkan pendidikan yang layak. Begitupun sarana prasarana dan kurikulum yang layak. Sungguh bentuk kekejian yang nyata.
Seperti yang dikutip oleh media online detik.com, pada hari Jumat (01-11-2024), Serangan brutal Israel di Palestina sejak 7 Oktober 2023 mengakibatkan lebih dari 11.825 pelajar tewas. Kementerian Pendidikan Palestina pada Selasa (29/10/2024) melaporkan Pelajar yang terbunuh tersebut tidak hanya yang ada di Gaza, melainkan di Tepi Barat. Anak usia sekolah terbunuh mencapai 11.057 jiwa, yang terluka lebih dari 16.897. Sebanyak 681 orang dari kalangan mahasiswa terbunuh, dan 1.468 terluka.
Tragis dan bikin hati teriris, Palestina diserang oleh zionis penjajah sampai hari ini. Namun, tidak ada satu pun penguasa negeri muslim yang mau dan mampu membantu/menolongnya. Sementara Amerika dan negara Barat lainnya sudah terang-terangan mendukung entitas Yahudi penjajah. Padahal negeri-negeri muslim memiliki ratusan ribu, bahkan jutaan tentara muslim. Bahkan Amerika sudah mengirimkan ratusan senjata untuk membantu entitas Yahudi demi mengalahkan Palestina. Memang Amerika serius dalam membantu entitas Yahudi dan itu tentu saja bukan tanpa alasan. Melihat dari sejarahnya, keberadaan entitas Yahudi di Palestina merupakan rencana besar Amerika dan salah satu rumusan strateginya, setelah meredupnya pengaruh para pesaingnya di Timur Tengah yakni Perancis dan Inggris.
Namun, para penguasa negeri muslim masih saja tetap mati rasa. Hati mereka tak tergerak sedikit pun untuk memobilisasi pasukan militernya, berjihad membebaskan Palestina. Makin nyata terlihat pengkhianatan mereka terhadap muslim di Palestina.
Padahal Rasulullah saw. bersabda bahwa umat Islam adalah satu tubuh, umat Islam adalah saudara. “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR Bukhari dan Muslim)
Sistem sekuler kapitalis telah mematikan makna persaudaraan karena iman dan Islam. Kedudukan dan kekuasaan lebih mereka cintai daripada nasib saudaranya. Nasionalisme pun telah melahirkan serta menghilangkan kepedulian karena ikatan akidah Islam.
Kaum muslim sampai hari ini tidak menyadari nasionalisme adalah upaya kafir Barat untuk memecah belah kaum muslim. Sehingga mereka (kaum muslim) berkembang dan hidup dengan spirit nasionalismenya. Padahal nasionalisme adalah awal lumpuhnya perasaan dan pemikiran terhadap masalah di dunia Islam, termasuk masalah Palestina.
Jadi, apa yang yang harus dilakukan umat muslim sebagai bentuk nyata menolong Palestina?
Umat harus dibangun kesadarannya akan akar persoalan dan solusi hakiki untuk membebaskan Palestina. Umat harus mendorong penguasa negeri muslim untuk memobilisasi pasukan militer mereka untuk berjihad melawan zionis. Penjajahan wilayah muslim tak akan terjadi jika umat memiliki pelindung yaitu Khilafah Islamiah.
Umat Islam pun harus berjuang untuk membangun kesadaran akan kebutuhan adanya khilafah dan berjuang bersama untuk menegakkannya. Sungguh, saat ini menjadi kebutuhan yang sangat urgensi atas institusi khilafah dari segala bentuk penjajahan kaum kafir.
Wallahualam bissawab
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.