IHSG Tertekan Aksi Jual Asing, Tarif Trump Jadi Pemicu Utama

9 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengenakan tarif impor sebesar 32 persen terhadap seluruh produk asal Indonesia memicu kekhawatiran pasar. Tekanan langsung terasa di pasar modal Tanah Air. Meski Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik tipis 0,05 persen pada Selasa (8/7/2025), investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih hampir Rp 1 triliun.

“Pasar masih khawatir akibat pernyataan Trump yang berubah-ubah soal kebijakan tarif,” tulis Kepala Riset Ritel BNI Sekuritas, Fanny Suherman, dalam laporan hariannya, Rabu (9/7/2025).

Menurut Fanny, penguatan IHSG bukan karena membaiknya sentimen global, melainkan lebih didorong sentimen lokal dari IPO emiten grup besar nasional milik konglomerat Prajogo. Sementara itu, saham-saham bank besar seperti BBCA, BMRI, dan BBRI justru dilepas asing dalam volume besar.

Dari sisi global, ketidakpastian makin dalam. Setelah sempat menunda tenggat tarif dari 9 Juli ke 1 Agustus, Trump kembali menyatakan melalui media sosial bahwa “tidak akan ada penundaan atau pengecualian”. Ia bahkan menambah tekanan dengan mengenakan tarif baru sebesar 50 persen untuk impor tembaga.

“Pasar global belum bisa menarik napas lega. Ketidakpastian dari sisi kebijakan dagang AS membuat pelaku pasar menahan diri,” jelas Fanny.

Saham perbankan Amerika langsung terpukul. Dow Jones turun 0,37 persen, S&P 500 terkoreksi 0,07 persen, dan Nasdaq hanya naik tipis 0,03 persen. JPMorgan dan Bank of America anjlok masing-masing 3 persen, sedangkan Goldman Sachs turun hampir 2 persen.

Sementara itu, bursa saham Asia justru cenderung menguat. Indeks Kospi Korea Selatan melonjak 1,81 persen, Hang Seng Hong Kong naik 1,09 persen, dan Nikkei Jepang menguat 0,26 persen meski ketiganya juga menjadi target tarif baru AS sebesar 25 persen mulai Agustus.

Merespons dinamika tersebut, pemerintah Indonesia langsung mengambil langkah diplomatik dan ekonomi. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, bertolak ke Washington, D.C., dan menghasilkan kesepakatan dagang senilai 34 miliar dolar AS atau sekitar Rp 550 triliun. Fokus kerja sama mencakup sektor pertanian dan energi, serta pembukaan akses jangka panjang untuk pelaku usaha nasional.

“Hubungan ekonomi antara Indonesia dan AS selama ini selalu baik dan perlu terus dijaga. Salah satu langkah untuk memperkuat hubungan ini adalah melalui komitmen para pelaku usaha Indonesia untuk membeli produk-produk unggulan AS di sektor pertanian dan energi,” ujar Airlangga dalam pernyataan resminya, Rabu (9/7/2025).

Kesepakatan ini melibatkan perusahaan Indonesia seperti Pertamina, Busana Apparel Group, FKS Group, dan Sorini Agro Asia. Di sisi Amerika, ExxonMobil, Cargill, dan Cotton Council International menjadi mitra utama.

“ExxonMobil bangga dapat mendukung kebutuhan energi Indonesia. Kami membawa pengalaman puluhan tahun, jaringan pasokan global, dan komitmen jangka panjang untuk menjadi mitra energi yang tepercaya,” ujar Wade Floyd dari ExxonMobil.

Dari sektor pertanian, ekspor kapas dan jagung AS menjadi fokus kerja sama. “Indonesia telah menjadi mitra penting bagi industri kapas AS. Biasanya masuk dalam 10 besar negara tujuan ekspor kami,” kata Bryan Wiggins dari Cotton Council International.

"Indonesia adalah negara yang penting bagi kami dalam berbagai hal. Kami berharap nota kesepahaman dan pembelian jagung awal ini menjadi awal dari kemitraan jangka panjang yang terus berkembang,” ujar Anne Murphy dari Cargill. 

Senada, Robert Cruise dari Zen-Noh Grain Corporation menambahkan, Indonesia telah lama menjadi pelanggan penting, dengan permintaan yang terus meningkat untuk produk pertanian Amerika yang berkualitas.

Wakil Duta Besar RI untuk AS, Sade Bimantara, menyebut kemitraan ini memiliki potensi langsung untuk menciptakan manfaat bagi masyarakat. “Kami meyakini, kemitraan ini dapat menciptakan ribuan lapangan kerja yang berkualitas, mendukung Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), serta meningkatkan pertukaran pengetahuan dan teknologi di kedua negara,” ucapnya.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |