REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pemerintah Indonesia menyepakati komitmen dagang senilai 34 miliar dolar AS atau sekitar Rp556 triliun dengan Amerika Serikat. Komitmen ini mencakup pembelian produk unggulan AS di sektor pertanian dan energi, serta menjadi bagian dari langkah memperkuat hubungan perdagangan dan investasi yang saling menguntungkan.
“Hubungan ekonomi Indonesia dan Amerika Serikat selama ini berjalan baik dan harus terus dijaga. Salah satu langkahnya adalah komitmen pelaku usaha Indonesia membeli produk unggulan AS di sektor pertanian dan energi, totalnya mencapai 34 miliar dolar AS,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Rabu (9/7/2025).
Penandatanganan kesepakatan dagang ini dilakukan dalam pertemuan bisnis tingkat tinggi di Washington DC pada 7 Juli 2025. Pertemuan tersebut diinisiasi oleh Kemenko Perekonomian bersama Kedutaan Besar RI di AS dan melibatkan pelaku industri nasional seperti PT Pertamina, PT Busana Apparel Group (mewakili API), FKS Group, Sorini Agro Asia Corporindo, dan Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia.
Di sisi AS, perusahaan-perusahaan besar seperti ExxonMobil, Cotton Council International, Cargill, dan Zen-Noh Grain Corporation turut hadir dan menandatangani nota kesepahaman untuk kerja sama jangka panjang. Salah satunya adalah dukungan terhadap kebutuhan energi Indonesia.
“Kami punya pengalaman puluhan tahun dan kemampuan pasok global. Kami berkomitmen menjadi mitra energi yang bisa dipercaya,” kata Wade Floyd dari ExxonMobil.
Dari sektor pertanian, AS berkomitmen memperkuat ekspor kapas dan jagung ke Indonesia. “Indonesia selama ini adalah mitra penting bagi industri kapas AS,” ujar Bryan Wiggins dari Cotton Council International.
Anne Murphy dari Cargill juga menyambut baik kerja sama tersebut. “Kami berharap nota kesepahaman dan pembelian jagung awal ini menjadi awal dari kemitraan jangka panjang yang terus tumbuh,” ucapnya.
Sementara itu, Robert Cruise dari Zen-Noh Grain Corporation menyebut permintaan Indonesia atas produk pertanian AS terus meningkat dari tahun ke tahun.
Kesepakatan ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan antara Indonesia dan AS menyusul pengumuman tarif impor baru oleh Presiden Donald Trump. Pemerintah Indonesia merespons dengan pendekatan diplomatik. Airlangga pun langsung terbang ke Washington D.C. untuk menyampaikan sikap resmi Indonesia dan membuka jalur negosiasi.
“Karena masih tersedia ruang untuk merespons sebagaimana yang disampaikan oleh Pemerintah AS, Pemerintah Indonesia akan mengoptimalkan kesempatan yang tersedia demi menjaga kepentingan nasional ke depan,” kata Juru Bicara Kemenko Perekonomian Haryo Limanseto, Selasa (8/7/2025).
Trump sebelumnya mengumumkan tarif impor sebesar 32 persen untuk seluruh produk Indonesia mulai 1 Agustus 2025. Lewat surat resmi bertanggal 7 Juli yang diunggah ke media sosial, Trump menyebut langkah ini untuk mengoreksi defisit perdagangan AS dengan Indonesia, seraya memperingatkan bahwa tarif bisa naik jika Indonesia melakukan pembalasan.
Dalam konteks ini, pertemuan bisnis di Washington menjadi bagian dari strategi Indonesia meredam ketegangan dagang sekaligus membangun kepercayaan baru. Pemerintah menekankan bahwa komitmen dagang senilai Rp556 triliun tersebut bukan semata pembelian, tetapi harus memberi manfaat riil di dalam negeri.
“Kami percaya kemitraan ini akan menciptakan ribuan lapangan kerja berkualitas, memperkuat UMKM, dan membuka peluang pertukaran teknologi dan pengetahuan,” kata Wakil Duta Besar RI untuk AS, Sade Bimantara.
Meski demikian, sejumlah pihak mengingatkan pentingnya transparansi dalam implementasi kerja sama ini. Komitmen besar harus dipastikan memberikan dampak langsung bagi sektor hilir, tidak membebani BUMN, dan memberi ruang tumbuh bagi industri nasional, khususnya UMKM yang menjadi tulang punggung ekonomi.