REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Upaya penanggulangan pemanasan global tidak terlepas dari kontroversi. Sejumlah investor di Amerika Serikat (AS) menggelontorkan jutaan dolar AS pada teknologi yang dampaknya terhadap bumi belum sepenuhnya diketahui.
Finn Murphy menginvestasikan 1 juta dolar AS ke perusahaan rekayasa iklim atau geoengineering, Stardust Solutions. Perusahaan tersebut sedang mengembangkan sistem untuk melepaskan partikel reflektif di stratosfer guna memantulkan kembali sebagian sinar matahari ke luar angkasa. Mereka berencana melakukan eksperimen luar ruangan pertama pada April 2026 menggunakan pesawat yang dimodifikasi.
Pria berusia 33 tahun itu mengatakan dirinya tidak mendukung pembiaran pemanasan global. Namun, melihat suhu bumi yang menembus rekor berturut-turut dalam beberapa tahun terakhir serta lemahnya kemauan pemerintah di seluruh dunia untuk mengatasinya, mendorong Murphy berinvestasi pada Stardust Solutions.
“Akan jauh lebih baik bila kami kehilangan semua uang kami dan (teknologi) ini tidak dibutuhkan,” kata Murphy, seperti dikutip dari Politico, Ahad (28/12/2025).
Murphy merupakan pendiri perusahaan investasi Nebular, yang namanya diambil dari awan raksasa berisi debu dan gas di luar angkasa. Ia menjadi salah satu dari gelombang investor yang bersedia menggelontorkan jutaan dolar AS pada perusahaan-perusahaan yang berupaya membatasi sinar matahari ke bumi.
Namun, teknologi tersebut juga berpotensi merusak pola cuaca, pasokan pangan, dan politik global. Murphy memiliki gelar sarjana di bidang teknik mesin dan matematika. Menurutnya, pemanasan global bukan hanya tragedi politik dan kemanusiaan, tetapi juga tantangan teknis dengan solusi yang dapat menghasilkan profit.
Sebagian besar investor yang bersedia menyalurkan jutaan dolar AS pada perusahaan rekayasa iklim berusia muda, pragmatis, dan imajinatif. Mereka bersedia menggelontorkan dana besar untuk investasi berisiko tinggi.
Para investor ini kerap mengabaikan peringatan ilmuwan yang menilai investasi tersebut berisiko bagi bumi dan hanya memperkaya sebagian kecil orang.
“Bila teknologi ini bekerja dengan baik dan memberikan hasil positif tanpa dampak menghancurkan di hilir, maka ini peluang pasar senilai triliunan dolar. Tidak perlu diragukan lagi, investor akan mengambil kesempatan,” kata pendiri perusahaan investasi yang fokus pada sektor energi, Montauk Capital, Evan Caron.
Politico mencatat lebih dari 50 perusahaan finansial, individu kaya, dan lembaga pemerintah telah menggelontorkan lebih dari 115,8 juta dolar AS ke sembilan perusahaan rintisan yang mengembangkan teknologi pembatasan sinar matahari. Di antaranya termasuk salah satu perusahaan investasi terbesar di dunia, Sequoia Capital.
Hampir 65 persen dari total investasi pada sektor rekayasa iklim, atau sekitar 75 juta dolar AS, disalurkan ke Stardust Solutions. Perusahaan rintisan AS-Israel tersebut mengembangkan partikel reflektif untuk disemprotkan ke stratosfer, sekitar 11 mil di atas permukaan bumi.
Bagi sejumlah pemimpin politik, investor, dan aktivis lingkungan, teknologi pendinginan bumi masih dianggap tabu. Salah satu alasannya karena dampak sampingnya belum diketahui secara pasti. Menurut para ilmuwan, rekayasa sinar matahari justru dapat meningkatkan panas bumi apabila teknologi tersebut gagal atau tiba-tiba dihentikan.
Meski pendanaan ke perusahaan rekayasa iklim melonjak tajam, angkanya masih jauh lebih kecil dibandingkan miliaran dolar AS yang dikucurkan untuk teknologi kecerdasan artifisial (artificial intelligence/AI). Berdasarkan data PitchBook, perusahaan pengembang ChatGPT, OpenAI, telah mengumpulkan 62,5 miliar dolar AS sepanjang 2025 saja.
Kecilnya investasi ke perusahaan rintisan rekayasa iklim sebagian besar disebabkan pemerintah belum menentukan mekanisme pengaturan teknologi tersebut. Menurut CEO Sightline Climate, perusahaan intelijen pasar, Kim Zou, kondisi ini membuat sektor rekayasa iklim masih dianggap terlalu spekulatif bagi sebagian besar firma modal ventura (venture capital/VC).
Sebagian besar VC bekerja atas nama individu kaya, serta dana pensiun, dana abadi universitas, dan investor institusional lainnya. “Ceruk investornya masih sangat kecil, bahkan yang sekadar memikirkan atau melirik ruang rekayasa iklim ini,” kata Zou.
Zou mengatakan sejumlah investor yang ia ajak bicara menilai peluang investasi di sektor rekayasa iklim masih sangat terbatas. “Terutama karena belum ada pasar komersial untuk teknologi tersebut saat ini,” ujarnya.
Stardust dan para investornya mengandalkan penandatanganan kontrak dengan satu atau lebih pemerintah yang dapat menerapkan sistem rekayasa iklim mereka paling cepat pada akhir dekade ini. Para investor tersebut mencakup Lowercarbon Capital, perusahaan investasi yang fokus pada isu iklim.
Perusahaan itu didirikan oleh investor kaya Chris Sacca, serta Exor, perusahaan induk keluarga Agnelli dari Italia, pemilik Ferrari dan Juventus. Lowercarbon Capital mungkin menjadi kelompok investasi paling arus utama yang mendukung perusahaan rekayasa iklim. Sejumlah pendukung Stardust pun mengakui perusahaan tersebut masih jauh dari jaminan keberhasilan.
“Ini unik karena saat ini belum ada permintaan untuk solusi tersebut. Anda harus melangkah dan menciptakan produk yang berpotensi memfasilitasi permintaan,” kata Murphy, yang perusahaannya juga mendukung perusahaan rintisan ambisius yang berupaya membangun robot dan pusat data di luar angkasa.

9 hours ago
9
































