Pemberontak Kuasai Bandara Aleppo, Suriah-Rusia Balas Lewat Serangan Udara

3 weeks ago 36

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Serangan udara Rusia dan pemerintah Suriah menghantam pusat Aleppo pada Sabtu saat pemberontak mengklaim menguasai bandara internasional kota itu dan bergerak maju menuju Hama.

Setidaknya 16 warga sipil dan 20 pemberontak tewas dalam beberapa serangan udara sejak dini hari. Demikian menurut laporan Syrian Observatory for Human Rights (SOHR), kelompok pemantau yang berbasis di Inggris.

Ini adalah pertama kalinya serangan udara menargetkan Aleppo sejak 2016, ketika oposisi Suriah diusir dari kota itu.

Namun, pemberontak yang dipimpin oleh Hay'at Tahrir al-Sham (HTS) dan kelompok sekutu, termasuk beberapa yang didukung oleh Turki, mengeklaim capaian yang menakjubkan pada Sabtu.

Mereka mengeklaim telah merebut Bandara Internasional Aleppo dan kota strategis Khan Sheikhoun di Idlib selatan. "Perbatasan administratif Kegubernuran Idlib sepenuhnya berada di bawah kendali mereka," kata mereka menambahkan.

Pemberontak juga mengklaim telah mulai bergerak menuju Hama dan berhasil merebut enam kota dan desa di pedesaan, termasuk Morek, yang terletak di sepanjang jalan raya penting yang menghubungkan Suriah tengah dengan utara.

Middle East Eye tidak dapat memverifikasi klaim ini secara independen.

Serangan dimulai pada Rabu ketika pemberontak keluar dari wilayah yang dikuasai oposisi di barat laut Suriah menuju Aleppo.

Dalam dua hari, mereka telah merebut puluhan kota dan desa, serta satu ruas jalan raya strategis M5, yang memutus rute pasokan ke Damaskus.

Mereka telah merebut beberapa pangkalan militer dan posisi yang dibentengi sejak saat itu, dan sering kali menghadapi sedikit perlawanan.

Pemerintah Suriah mengakui kemajuan pemberontak. Dikatakan bahwa pasukan Suriah sedang melakukan operasi penempatan kembali untuk memperkuat pertahanan dan menahan serangan serta menyelamatkan nyawa warga sipil dan tentara. Suriah bersiap untuk serangan balik. 

Menurut SOHR, pasukan pemerintah telah runtuh di Idlib dan Aleppo. Hal ini membuat Aleppo, kota terbesar kedua di Suriah, berada di luar kendali pemerintah untuk pertama kalinya sejak negara itu merdeka pada tahun 1946.

Setidaknya 327 orang telah tewas sejak serangan dimulai, sebagian besar pejuang di kedua belah pihak, menurut SOHR.

Di tengah perkembangan yang cepat, menteri luar negeri Turki dan Rusia - keduanya pemangku kepentingan utama di Suriah - berbicara melalui telepon pada Sabtu dan sepakat untuk mengoordinasikan upaya untuk menstabilkan Suriah.

"Kedua belah pihak menyatakan keprihatinan serius atas perkembangan situasi yang berbahaya di Republik Arab Suriah terkait dengan eskalasi militer di provinsi Aleppo dan Idlib," kata kementerian Rusia.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov juga berbicara melalui telepon dengan mitranya dari Iran, menurut media pemerintah Iran.

Garis depan perang saudara Suriah hampir tidak berubah sejak 2020. Perjanjian "de-eskalasi" pada 2019 antara Turki yang mendukung pemberontak dan sponsor Presiden Suriah Bashar al-Assad, Rusia dan Iran, telah menciptakan stabilitas dan gencatan senjata jangka panjang.

Sebagian besar provinsi Idlib sejak itu dikuasai oleh HTS, mantan afiliasi Alqaidah, yang telah membentuk pemerintahan sipil.

Kelompok pemberontak yang didukung Turki dalam koalisi Tentara Nasional Suriah telah menguasai wilayah lain di utara.

Namun, meskipun Rusia terganggu oleh perang di Ukraina dan pasukan Assad melemah akibat serangan Israel yang sering terjadi, pesawat tempur Suriah dan Rusia telah meningkatkan serangan udara di wilayah yang dikuasai oposisi sejak Agustus 2023.

Sementara itu, pemerintah Assad menggunakan stabilitas tersebut untuk melakukan terobosan diplomatik, menormalisasi hubungan dengan beberapa negara regional, dan bergabung kembali dengan Liga Arab.

Read Entire Article
Berita Republika | International | Finance | Health | Koran republica |