Damay Ar-Rahman
Sastra | 2024-11-21 20:42:46
Nenek sedang duduk di sofa depan seorang diri. Matanya yang nanar menatap layar kaca televisi. Cahaya dari gambar-gambar di TV terpancar hingga ke retinanya yang katarak. Bukankah seharusnya ia berada di tempat tidur. Mata itu memang sudah lama tidak berfungsi. Namun, apa yang dilihatnya? Meski sinar televisi terlihat bergerak di bola mata putihnya, takkan mungkin nenek melihat begitu saja. Pasti ada sosok yang membuka indra penglihatannya. Siapa lagi kalau bukan dia. Hal itulah yang membuat nenek masih tetap hidup, meski seharusnya dia sudah tiada. Lebih 156 tahun usianya saat ini. Di luar nalar untuk umur manusia.
Dahulu, orang-orang menyebut nenek Sangkala. Mengapa nama itu menjadi panggilannya, dalam bahasa kampung, Sangkala digunakan untuk panggilan orang-orang yang mendalami ilmu terlarang. Barangsiapa yang belajar bahkan mengajarkan ilmu itu, tujuh keturunanannya bakal sial. Sial yang dimaksud adalah tidak akan pernah hidup dalam ketenangan. Mungkin, iblis akan menganggu saat anak-anak dan cucunya berusia tujuh belas tahun.
Benar saja, itu terjadi pada Rini. Semenjak hari ulang tahunnya dirayakan dua Minggu yang lalu, banyak hal-hal aneh terjadi. Pagi-pagi Rini sudah berada di depan pintu. Sejak kapan ia keluar dari kamar. Seingatnya, lepas mandi pukul tujuh malam, karena kelelahan bermain balet, ia langsung tidur. Tetapi, mengapa tiba-tiba ia berada di depan pintu. Ini adalah hal tidak wajar.
Rini awalnya merasa itu adalah hal yang mungkin belum ada apa-apa. Tetapi, masalahnya tidak hanya sekali terjadi. Melainkan sudah berulang kali. Iapun mencari orang pintar untuk membantunya. Semua persiapan telah dilakukan, mulai dari membawa darah ayam hingga bunga-bunga. Sesampainya di sana, Rini diminta untuk berdiam diri di sebuah ruangan gelap. Ia akan mengalami pemindahan ruh ke dalam dunia gaib. Dalam dunia gaib, Rini melihat lapangan luas dan berpasir. Tidak ada seorangpun, kecuali seekor burung gagak yang membawa sebuah pesan di pelatuknya. Rini mendekati burung tersebut, dan melihat sebuah kode bertuliskan aksara. Ia tidak memahami itu, kecuali ujung hurufnya. Iapun tiba-tiba paham, Rini langsung menggali pasir sedalam-dalamnya dan menemui kain hitam berisi barang-barang peninggalan neneknya. Iapun segera membungkusnya, lalu menentengnya untuk kembali ke portal. Namun, pintu tiba-tiba tertutup dan Rini terjebak di dalamnya.
Gadis itu menangis dan bingung dengan keadaannya. Dikejauhan terlihat Rina, saudari kembarnya sedang berjalan ke arahnya. Rini berlari mendekatinya, lalu memeluknya.
"Apa yang kau lakukan di sini Rini?"
"Aku...aku...aku ngak tahu Rina."
"Kau kenapa bisa di sini." Tanya Rini.
Rinapun bercerita bahwa mereka memang sengaja di bawa ke alam gaib. Untuk menghindari kesialan secara turun temurun.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.