ARTICLE AD BOX
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Bukan rahasia lagi bagi siapa pun bahwa sholat dalam Islam memiliki kedudukan yang tinggi, dan Nabi SAW menggambarkan kedudukan tersebut dengan sesuatu yang nyata yang lebih mendekatkan maknanya, dengan mengibaratkannya sebagai tiang rumah yang menjadi fondasi bangunan.
Tidak mengherankan jika Nabi SAW banyak memberikan pesan agar sholat dilaksanakan sebaik-baiknya baik dari aspek syariat maupun spiritual nya. Berikut ini lima pesan utama Rasulullah SAW sebelum melakukan sholat.
Pertama, perintah untuk melakukan rukuk dan sujud
عن أنس بن مالك، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: «أقيموا الركوع والسجود فو الله إني لأراكم من بعدي - وربما قال: من بعد ظهري - إذا ركعتم وسجدتم
Dari Anas bin Malik, Nabi SAW bersabda, “Perhatikanlah ruku' dan sujud, karena demi Allah, aku melihat kalian sepeninggalku, atau beliau berkata, di belakang punggungku, jika kalian ruku dan sujud. (HR Bukhari Muslim)
Dalam riwayat Bukhari, “Apakah kalian melihat kiblatku di sini, demi Allah, aku tidak menyembunyikan rukuk dan sujud kalian, tetapi aku melihat kalian di belakangku.”
Pesan ini, yang mencakup perintah untuk shalat dengan baik dan menyempurnakan ruku dan sujud, disampaikan dari atas mimbar setelah sholat yang dilakukan oleh Rasulullah SAW bersama mereka, dan beliau memperingatkan mereka bahwa beliau melihat mereka dari belakang.
Sebagaimana beliau melihat mereka dari depan, yang mana ini merupakan salah satu sifat dan mukjizat beliau yang diberikan Allah SWT dan beliau biasa menimbang sholat mereka serta menilainya agar sholat mereka sesuai dengan tujuannya dan bermanfaat bagi pemiliknya.
Seandainya salah seorang dari kita shalat di hadapan Rasulullah SAW, maka bagaimanakah shalatnya, apakah sesuai dengan apa yang disyariatkan?
Jika penglihatan Rasulullah SAW saja dituntut untuk memperbaiki dan menegakkannya, maka lebih-lebih lagi penglihatan Allah SWT yang dibebankan kepada hamba-hamba-Nya, yang dengan penglihatan tersebut mereka mendekatkan diri kepada-Nya.
Kedua, nasihat bahwa pahala sholat itu sesuai dengan kehadiran hati. Bisa jadi orang yang sholat itu dikuasai kesibukan hati sehingga dia lalai dari tempat sholat atau sebagiannya, maka salatnya tetap sah dan tidak perlu diulang.
BACA JUGA: Jamuan Makan Malam Terakhir, Perpisahan Mengenaskan Pasukan Elite Golani Israel
Namun pahalanya berkurang sesuai dengan lalai yang dia lakukan, ini adalah pendapat mayoritas ulama, termasuk imam yang empat, dan sebagian ulama berpendapat bahwa sholatnya tidak sah secara batin meskipun secara lahiriah sah, karena tujuan sholatnya tidak tercapai, sebagaimana salatnya orang munafik, karena dia tidak terbebas dari kesibukannya secara batin.
عن عمار ابن ياسر عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: «إن العبد لينصرف من صلاته، ولم يكتب له منها إلا نصفها، إلا ثلثها، إلا ربعها، إلا خمسها، إلا سدسها، إلا سبعها، إلا ثمنها، إلا تسعها، إلا عشرها
Ammar Ibnu Yasir, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Tidaklah seorang hamba meninggalkan sholatnya, dan ia tidak akan dicatat baginya kecuali setengahnya, sepertiganya, seperempatnya, seperlima, seperenam, seperdelapanya, seperlima, seperdelapan, sepersepuluh.” Hal ini menunjukkan bahwa seorang hamba mempunyai kewajiban yang sangat berat dalam memerangi pikiran dan bisikan, serta tidak boleh terbawa olehnya.